Dunia ini, Sayang, seperti yang pernah kita bincangkan. Sudah sangat riuh karena terlalu banyak manusia yang bicara, sedikit mendengarkan. Terisi oleh banyak kemalangan dan kesibukan, kesalahan yang dibenarkan, sampai ketakutan untuk bicara dan merebahkan kepala di pundak yang salah, dan yang mengutuk Tuhan dalam doa-doa panjang dan tidak memohon ampun hingga sekarang, serta yang keliru meminta revolver taurus 836 untuk menemui surga lebih cepat karena sudah begitu menginginkan pelukan dan kebebasan.
Hello, folks!
Sudah terlalu lama aku tidak menulis. Alasannya bukan karena tidak ingin atau tidak punya waktu, akan tetapi aku merasa tidak punya motivasi, inspirasi seakan pergi dan aku dipaksa menerima itu semua untuk senantiasa bersahabat dengan kenihilan itu sendiri. Isi kepalaku tak terurus, kotor, lusuh, tak enak dipandang, dan tau-tau aku telah berubah menjadi dungu. Mungkin belakangan aku jarang sekali membaca, buku, terutama. Tapi seperti yang pernah ku katakan bahwa aku akan tetap menulis meski dunia tidak meminta. Namun, sepertinya aku ini memang sedikit tidak tahu diri yang tidak sadar bahwa aku sendiri lemah, membangun komitmen serta konsistensi terhadap suatu hal untuk menjadi sebuah kebiasaan ternyata sukar. Katanya hanya ada dua bahan bakar yang bisa menghidupkan sebuah tulisan, jatuh dan patah. Tapi bagaimana jika aku sudah tidak memiliki keduanya?
Aku ingin menulis beberapa kesempatan dimana aku dibiarkan untuk mencicipi kepuasan dengan menyombongkan hal-hal kecil yang selama ini tidak aku dapatkan karena terlalu sering mengalah, tapi sekejap hanya hampa yang kurasakan. Tidak cocok. Kalian pasti tahu betul bagaimana rasanya menjalani hidup yang bukan kalian. Tapi di lain sisi dengan mata angin yang perlahan berubah, dimana utaraku sekarang semoga ku temukan apa yang tak ada sebelumnya.
Jika segala sesuatunya tercipta hanya sebatas kehadiran, yang kemudian dipaksa pergi untuk meninggalkan sedikit sisanya, semoga ini bukan bagian dari itu. Sebab aku tidak lagi siap, membiarkan senja segera gelap dan membuat terang mataku menjadi redup kemudian hilang ditelan pekat.
Tentu, dengan harapan aku tidak menggigit lebih dari apa yang bisa aku kunyah.
Tulus dengan suara merdunya berhasil membius jiwa-jiwa yang rapuh untuk mengulang lagi dan lagi album terbarunya, Manusia, terkhusus untuk bagian Hati-hati di Jalan. Bagi saya yang sedikit tidak beruntung perihal perasaan, apa yang dibawakannya memang terasa seperti menyediakan perahu yang siap membawamu ke lautan lepas hanya untuk mengantar kepergian seseorang karena pada dasarnya tidak perlu stasiun hanya untuk mengucapkan selamat tinggal. Melalui lagunya, sebaik-baik dari ujung cerita ialah pesan yang disampaikan, sebab untuk sebagian orang mungkin juga saya, tetap tahu cara mengasihi meski perasaan sudah diludahi. Hubungan yang sudah berlangsung lama, perasaan yang sama, cerita dan harapan yang dibangun bersama, ternyata ada titik dimana semuanya menjadi abu. Bisa karena terbakar bisa juga karena dibiarkan begitu saja. Persetan yang satunya.
Aku mencoba menuang beberapa hal yang semoga lebih melegakan ketika dituliskan, termasuk ini. Setidaknya untuk diri yang tidak kunjung menemui kata dewasa, yang selalu lari dari masalah dan hanya bisa meringkuk dan menyembunyikan apa-apa dengan senyum dan segala basa-basinya. Apa yang ku temui memang tidak biasa, yang semula kuharap berakhir dengan kembang api nyatanya menjadi bom bunuh diri. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya? Bahkan sejauh apapun diamku merenung, aku tidak pernah sampai pada jawaban yang lebih tepat atas segalanya.
Aku ingin tahu semua tapi aku tidak punya daya untuk bicara. Sejak kapan, kenapa bisa, bagaimana mungkin? Apa-aku-memang-tidak-pernah-cukup?, bahkan ini adalah pertanyaan sering kali kulemparkan saat semuanya baik-baik saja. Jika iya, maka tulisan ini harus segera berakhir di sini. Tapi segala alasan klasik yang menggelitik tentu saja tidak bisa aku terima. Semua hanya bisa aku bungkus erat dan menerka sendiri jawabannya. Setidaknya, aku sudah melakukan apa yang sebaiknya benar untuk kulakukan: jangan pernah menghalangi langkah seseorang jika memang ia berniat untuk pergi meninggalkan.
Bahkan pada saat itu segala pedih yang kurasa masih harus ditumpahi lelehan bensin air mata, yang membuat apapun bentuk sandarku menjadi basah, tak terkecuali lengan baju, bantal tidur, termasuk kedua telapak tanganku sendiri yang rela membasuhnya berkali-kali. Seperti pisau yang tidak toleran menyayat pelan-pelan, seperti mesiu yang tak menunggu aba-aba untuk menyerang. Dia seolah ingin menunjukkannya tanpa memikirkan bagaimana perasaanku. Tidak perlu hitungan bulan kemudian bahkan aku harus hancur sendirian. Belum juga aku bisa mencerna perlahan maksud kepergian, langsung saja memperkenalkan seseorang sebagai trofi kemenangan. Apakah dia sebangga itu? Bahkan segala doa baik yang ditujukan kepadanya bersamaan harus kutuai dengan sakitnya. Maka tidak salah, jika segala peran antagonis dari semua cerita ini berhak aku benci.
Hubungan ini bahkan tidak lagi terhitung satu dua hari, bukan satu dua bulan, bukan hitungan dua ruas jari angka tahun tapi begitu mudahnya menggantikan posisi. Untuk perasaan yang selalu aku jaga bahkan aku sendiri selalu menepis segala hal yang datang walau hanya menyapa. Namun, siapa yang sangka pada akhirnya segala bentuk percakapan yang pernah ada harus berujung kelu dan tanpa kata-kata. Jika memang aku adalah ketersesatan yang sudah selama ini dia pilih maka silahkan temukan jalan terang yang bisa menyuguhkan segalanya, dimana harapan dia untuk segera dapat ditemukan.
Lantas apa yang harus kulakukan jika pada akhirnya dia berbalik arah dari sesuatu yang sudah dia pilih? Jika timbul rasa ragu pada pilihan yang sudah dia tentukan? Dengan segala luapan maaf yang lebih riuh dari perayaan libur lebaran? Apa memang ia tidak pernah punya pertimbangan yang cukup matang untuk dilahirkan?. Atau memang aku semudah itu?, Dilepas pergi maka pergi, diminta kembali maka kembali?. Bahkan ucapan terakhir kalinya masih terbayang dan mengambil sebanyak mungkin porsi dalam pikiran. Saat ini aku sedang mencaci maki dalam hati.
Maka pertanyaan yang bisa dilontarkan ialah, "dari sekian banyak kesalahan, kenapa yang ia pilih yang paling sulit dimaafkan?". Sebab, sampai detik ini aku tak tahu harus bagaimana dan seperti apa bahkan simpul yang tersisa berujung pada kalimat hampa. Aku hampir-hampir tidak mengenalinya, dia asing. Dia sosok yang tak pernah aku temui, jauh dari bayang-bayang yang pernah aku kenali. Dan memang dari segala macam opsi yang ada, tidak ada satupun keluar untuk bisa dipilih membela diri. Padahal, jika memang sudah tidak berniat berjalan di rel yang sama, aku tidak perlu dilukai terlalu dalam seperti ini. Apakah memang selama ini aku tidak pernah benar-benar hidup dalam kehidupannya?. Maka itulah sebenar-benarnya kematian.
Aku sudah bertahan sejauh mungkin, bahkan sampai saat ini aku adalah perempuan yang berteman setia kesedihannya. Aku tidak akan pernah lupa ketika permintaan pertama menjadi permintaan terakhir ku yang tidak akan pernah terwujudkan. Maka tak heran, salah satu pekerjaan paling merepotkan adalah memupuk harapan kepada seseorang. Sehingga dari sekian banyak pilihan, yang muncul adalah pilihan yang tidak pernah diinginkan: Aku kembali ke dalam diriku dengan membawa sisa kepingan kebodohan. Dan, menyediakan jawaban dari tembakan pertanyaan orang terdekat yang mengenali cerita ini adalah pekerjaan paling merepotkan setelahnya, berpura-pura merancang definisi berakhirnya cerita yang tentu saja tidak sesuai dengan plot yang ada dengan aku juga sebagai pihak yang salah.
Maka jika ia ingin terpuruk maka terpuruklah, sengsaralah sebisanya. Aku ingin ia merasakan juga rasa sesak namun tak pernah sebanding jika hanya bisa ku hantam dan kupukul tepat di dadanya. Dan segala aksaraku bukanlah rekayasa. Jika cerita ini dilukiskan seperti dongeng Cinderella, dengan pangeran berkuda putih bertarung telak dan datang dengan tatapan sayup tenang, membawa ketulusan cinta dan rasa bangga telah dimilikinya. Tapi, bagaimana denganku, yang selama ini berjumpa dengan sosok gagah perkasa yang begitu banyak hal yang bisa dibanggakan tapi lebih sering memendam rasa sakit dan rela menghianati daripada belajar mencintai dengan benar?
Tapi siapapun bisa bersepakat, BROKEN CRAYONS STILL COLOUR. Krayon yang patah atau hancur sekalipun, tetap mempunyai warna.
Bagaimana pun dia menyakiti seseorang bahkan berujung melukai dirinya, dia tetap menjadi pewarna dalam kehidupannya sendiri. Dan dari sekian banyak alasan untuk membenci, aku tidak pernah berhasil untuk mewujudkannya. Aku tidaklah seangkuh itu. Bahkan setiap kali diriku mencacinya, aku harus memperpanjang sayatan luka itu sendiri. Aku tidak bisa, aku tidak mampu. AKU TIDAK SANGGUP SEBAB AKU TERLALU MENYAYANGINYA MESKIPUN DENGAN SEMUA HAL YANG TELAH DILAKUKANNYA.
Maka aku hanya bisa meneruskan pesan dari seseorang yang ku hargai keberadaannya, "Jaga anak orang". Bahkan setetes air mata kepedihannya adalah hal yang paling dijaga kejatuhannya oleh mereka yang menyayanginya. Maka ku sampaikan, aku tidak bisa lagi mencintainya dengan tenang dan tanpa gusar. Segala yang ada sudah membuatku sangat lelah dan ingin saja mati rasa. Dan cerita kemarin mungkin pernah menjadi rancang rencana panjang tapi harus berakhir gamblang, kosong dan sia-sia. Tapi bersamaku kemarin, dia takkan temukan yang sebaik ini. Semoga.
Tulisan ini memang penuh kemarahan. Dipecundangi dan dibrengseki dengan tanpa cuma-cuma. Jika memang bukan hanya aku yang merasa tersakiti, maka itu bisa jadi sebenar-benarnya sudut pandang. Umpatan terakhir bahkan harus memperpanjang semuanya dan tak tahu kapan akan selesai. Sekali lagi, BODOH.
Happy New year, Everyone 🎊🎷... Gak terasa 349 hari lagi menuju 2023. Jadi apa kabar nih? Gue harap baik, sedang berada dalam sebaiknya-baiknya keadaan dan secukup-cukupnya hidup, Aamiin.
Syudalaah.
Jadi kalau dipikir" blog ini gue mulai di awal januari dua tahun yang lalu, selama blog ini gue jalankan secara serius, kayaknya gue gak pernah memperkenalkan diri gue secara langsung ke teman-teman pengunjung gitu (emang gak perlu juga sih). Padahal secara traffic, blog gue bisa juga merajai search engine google loh (ya semoga, kalau gak bisa merajai setidaknya meratui, tapi kudu seoseoseo, park seo jung). Tapi ya anggap saja, blog gue ini rumah, dan kalau lo masuk ke rumah orang, lo harus tau dong orang itu siapa dan ya itu gue (maksa banget). Lo udah menyesal blom buka blog ini??? Hahaha
Oke, langsung saja mari kita masuk ke sesi wawan-caranya.
3,2,1.. go on!🎬
Thank you... Hai semuanya. Kenalin gue Nunu bisa dipanggil Nur Susilawati. Kalau dipanggil gak nyahut, anggap saja gue gak denger a.k.a budek. I'm from Bumi Panrita Lopi, tempat tercinta Bulukumba berlayar, sungguh indah panorama pasir putih (gak usah nyanyi, hei). Jaraknya sekitar empat jam dari kota Makassar, tapi bisa berhari-hari atau gak sampai juga kalau lo memang gak niat untuk berkunjung. Gue adalah salah satu putri bangsa ini. Di mana gue termasuk anak yang baik, bisa dibilang sangat baik dan sedang menyelesaikan pencarian identitasnya. Belom pernah dapat payung gratis dari BRI, belom pernah mengaduk bubur tanpa menggunakan sendok, belom pernah ketemu ama David Bekam, tapi udah pernah dong ngisi air ke dalam botol sampo pas mau abis.
Ummmmm.. oke great. Next, what your hobbies Nu?
Seperti kebanyakan orang-orang hobi gue sebenarnya biasa aja, baca, nulis, dan bersihin kipas angin. Baca apa? Semua jenis fiksi, non fiksi dan akhir" ini suka baca yang self improvement gitu, bisa di medium, quora, mojok dan sebagainya. Nulis, ya apa aja, termasuk ini blog gue sama satu lagi sih di notes gitu. Kipas angin? Gue tipikal orang yang paling gak bisa liat debu di kipas angin, jujurly sampai-sampai kalau ke kos temen gue dan kipasnya gue liat berdebu, pengen banget temen gue nyuruh gue untuk bersihin itu. Tapi ini gue gak pernah bilang sih. Oh satu lagi, gue paling suka nonton video masak dan save videonya walaupun numpuk dan gak pernah dipraktekin, tapi memang ini sangat satisfying, id3ming, m3leying. Is it enough?
Haha maybe, sangat unik ya, maksudnya sangat hodob. Kalau artis atau musisi yang lo sukai ?
Gue gak tau ini artis atau bukan, but my YouTubers is my actress. Mereka lebih bisa kasi gue banyak pemahaman gitu untuk disebut public figur. Ada banyak sih yang akhirnya gue subscribe juga channel mereka, Jerome Polin, Leonardo Edwin, Gita Savitri, Pangkatenam, Quita, Shantanu, Yoora, Joma, Naila, Kimbab Family, ya cukup. Mereka menghibur sekaligus juga kasi kita tayangan yang gak sekedar lucu-lucuan aja. Kalau musisi, yang pasti Sheila On Seven, Hindia, Iwan Fals, Good Morning Everyone (morning too), Payung Teduh. Kalau luar, palingan One Ok Rock, Iris, dan Taylor Swift beberapa lagu mereka enak juga ternyata. Tapi jangan kebanyakan denger musik kawan, ngaji juga, ngaji...
Oke-oke, and what is your favorite color?
Udah 2022 masih aja tanya ini, yup blue. Tapi ini berubah-ubah gak sih, perasaan pas SD nulis di binder tukaran bukan biru tapi,... biruh.
Foods?
Apa aja sih, yang penting gak berenang minyaknya, gak pake boraks, sama gak usah pakai emas juga lah.
Kalau film or drama?
Sejauh ini sih, sama Harry Potter, dan gue cenderung orang yang gak bisa nonton film-film Marvel. Karena sampai akhir film pun, gue biasanya mikir "tadi ceritanya tentang apa ya?". Yah, Manoj Punjabi saja bingung apa lagi gue. Kalau Asia sih yang kebanyakan itu yang menang penghargaan, Parasit, Minari, One Day, Little Our Sister, pokoknya yang buat air mata kita jatohlah. Kalau drama Korea lumayan banyak sih, paling membekas ya Boys Before Flowers, kalau sekarang lagi nonton Our Beloved Summer yang ish bikin greget. Oia, ini penting, fyi, kalau lo minat langganan Netflix tanya gue aja, bisa juga sharing 50k doang, ada nih bisnis temen gue, banyak haha.
Wah habis ini gue hubungi pasti nu, kebetulan lagi nyari juga sih itu. Btw, ini agak serius boleh ya? Ada gak sih yang lo ingin lakuin tapi udah terlambat?
Wah, pertanyaannya sangat bisa ditebak. Apa ya, jujur gue pengen banget tau gimana sih rasanya bolos sekolah sehari aja. Di mana rencananya sudah harus matang pas malemnya kan. Gak usah ngerjain pe'er lah atau apa, yang penting bawa baju ganti atau sweater aja di tas, beres. Terus keesokan harinya gue bisa eksekusi entah di jam pertama kedua ketiga, pergi makan atau kemana aja yang penting bolos. Tinggal lempar tas keluar pagar, dan pura-pura izin ke pak satpam. Pas ke luar, tasnya udah gak ada. Sebenarnya, saat temen gue ada yang bolos gue pengen teriak, "ajak gue juga dong". Dari SD sampai SMA gue gak pernah sih itu, dan ya gak bisa diulang. *Ada tisu gak?
Agak weird ya Nu. Oke kali ini pertanyaannya lo pilih salah satu ya..
Morning person or night thinker
Thinker bell. Eh maksudnya night thinker. Malam memang waktunya berpikir kan? Gue merasa juga, tidur lambat bangun lambat itu gue lebih produktif, contohnya pas weekend.
Coffee or tea?
Tea dong (eh, kerbau??)
Cokelat or vanilla?
Kayu manis
Indomie or sedaap?
Siantar Top
Deddy Corbuzier keriting atau Doddy Sudrajat insaf?
Ghozali ajalah bayar pajak.
Single or taken?
I'm Awesome
Dahh ah, gue belom siap terkenal.
Oke okee, last Nu, what is your favorite quotes?
Apa ya...ada satu dan ini gak tau gue dapat dari mana, katanya pertahanan terbaik adalah menyerang, asyik. Setiap ingat kata-kata itu gue jadi semangat lagi, gak mudah menyerah aja jika gagal, gue di ajak untuk berkembang dan gak stuck di tempat. Gitu sih.
Well, okay Nu, sangat inspiratif ya (kepaksa). Padahal masih banyak sih yang mau ditanyakan. But I think your visitors want to intract with you, soon. Thank you Nunu...
Hehe thank you too. Hopefully, i really want to know you guys, all of you. Maybe we can be a friend. Bye....👋🏻
******
So thanks for reading and see you guys..
Eh, eh, eh, gue ke New York bareng siapa ya?
Mimpi lagi boleh tuh
Nggak, nih mo buat kaleidoskop ala" yeekhan, terkhusus nih perjuangan dua tahun merebut toga kebahagiaan, ceile. Ini masih swasana wisyudah. Cuma foto-foto doang, yang nantinya juga akan ditambah dan diupdate kalo ada yang terlupa, maklumlah gambar juga bisa terselip yekan? But don't expect to much, karena gambar-gambar yang tertuang di sini cuman hasil screenshot atau bidikan kamera resolusi rendah. But, No problemoo. Gue bukan orang yang sangat peduli dengan penampilan.
Biasanya sih rang-orang buatin vlog ya, dengan judul yang menggugah "ALHAMDULILLAH FOR FINALLY COMPLETING MY DEGREE" or " "I'M GRADUATION" dan dengan thumbnail yang click bait. Cuma masalahnya gue rada males, yaa di samping emang gak tau sih cara buatnya. Gak papalah, ini semua istimewa di mata orang yang bersyukur atas gue, yaa gue sendiri, wkwkw. Sebetulnya, syebelum quliah di merah University orang-orang pada gak tau kalau akuh tuuh...Smart. Kalau mengingat masa-masa itu, suatu kehormatan bisa diterima gak sih, atau mungkin suatu kebanggaan? Meskipun gue nggak tau caranya untuk bangga. Helloww
Dahlah, kita cerita mulai dari mana yak.
Selamat!
Selamat atas kelulusan anda sebagai alumni atas pelarungan do'a mereka yang terkasih serta mereka yang tak diketahui, pun juga dukungan dari rumah dan dapur tempat kehidupan itu dimulai dan diakhiri.
Selamat datang pada fase pergumulan diri yang baru. Ingatlah selalu bahwa hal terbaik setelah ini bukanlah ijazah dan tambahan huruf di belakang namamu, melainkan mengerti bahwa menenggelamkan isi kepala adalah musuh bersama dan kampus bukanlah tempat terakhir untuk salah, sehingga kawan yang melekat seumur hidupmu ialah belajar apa saja.
Di bawah langit yang menawarkan cerah maupun gulita, berjanjilah untuk terus menghidupkan nyawa langkah kaki dalam rupa dunia, menepis segala macam sungkawa, berhenti bersikap jumawa, menanggalkan sikap ketidakpedulian yang ada, dan meredam segala bunyi keadilan bersuara pura-pura. Terakhir, teruslah pupuk jiwa kesederhanaan dan cinta kasih di dalam hatimu, dan hiduplah dengan tidak membungkus kekejaman seperti sejarah yang tidak pernah selesai untuk kau baca. Demikianlah segenap esensi perpindahan tali toga dengan jarak yang sejengkal itu, setidaknya untuk dirimu.
~Kepada almamaterku, maaf bila setiap tutur kata dan gerak langkahku belum membangun dan memajukanmu.
Terima kasih.
Semoga kesadaran akan satu hal terus terpupuk, bahwa ketika ada Maha nyatanya bukan yang paling, hanya berarti lebih sedikit. Sedikit lebih bodoh dan tidak tahu apa-apa. Sehingga senantiasa pikiran melambung tinggi akan mimpi dan hati tetap merendah layaknya sesuatu yang indah tersimpan di samudra.
Pada akhirnya, saya mencoba mengakhiri semuanya dengan merebut gelar Sarjana Ekonomi, dengan harapan semoga Allah menatapnya dengan tatapan ridho, terlebih dengan cinta. Aamiin.
Dadah
Pikiran di malam hari menuju pagi memang liar sekali. Di mana secara tiba-tiba aku ingin menyalahkan seseorang tapi tidak tahu dia siapa, atau aku ingin mengutuki diri sendiri tapi takut nanti berubah jadi apa, untuk sesuatu yang tidak sama sekali aku mengerti. Tapi aku tidak ingin bangun di pagi hari dan melihat langit kemudian membayangkan bisa terbang dan bersumpah serapah di sana. Seram bukan?.
Tapi aku ingin berharap Tuhan, tolong hadirkan pagi nanti yang cerah di mana cahaya itu tidak lelah untuk bersinar. Tiada mendung yang menghalanginya datang, atau angin ribut yang bukan lagi bisik-bisik. Maka kubangunkan rasa penuh syukur, hari yang lapang dan jiwa yang tenang. Tapi aku paham ini November, waktu di mana langit bertugas menangisi segala kepergian atau pun juga tangisan yang menolak meninggalkan. Sedikit bisa ku terima memang, akan hujan deras di pagi hari dengan segelas Milo sembari keluar hanya untuk membasahi kaki dan bermain hujan di telapak tangan tapi tetap berlindung di badan payung.
Aku tidak pernah mengeluh tentang waktu, tapi kali ini aku tidak sabar meminta waktu untuk cepat berlalu, melewati satu lagi bulan baru, perayaan hari ibu, kelahiran Yesus, akhirnya tahun baru. Entah ada apa nanti di tahun itu, meski aku telah berhenti membuat resolusi karena rasanya seperti omong kosong belaka atau takut juga tertampar realita, tapi aku harap ada harapan baru yang membuatku semangat kembali. Meskipun aku tidak terlalu menyukai segala perayaan kecuali makan-makan, aku ingin cepat menutup kalender yang terbuka ini yang kelewat batas memberi pelajaran.
Tuhan, meski sadar aku jarang berdoa, tapi aku ingin cerita. Belakangan aku merasa otakku tidak berfungsi, mungkin ada satu dua sistem yang korslet di dalamnya. Aku tidak mengerti memecahkan persoalan walau sesederhana apapun itu. Di mana aku tetap berdiri berharap kembalian padahal jumlah yang kubawa pas-pasan, aku tidak mengerti bagaimana bisa penonton stand-up comedy tertawa terbahak-bahak dengan guyonan yang sama sekali tidak aku paham, kenapa aku malah menangis melihat kekonyolan Boboho menjahili gurunya sendiri, atau kenapa bisa aku beberapa kali meniup gelas yang isinya hanya air putih, bagaimana mungkin lagu rock yang baru kedengar dan tak kupahami artinya membuatku murung seketika, dan kenapa bisa emosiku berdatangan hanya karena pemberitaan yang kubaca penuh tentang kehidupan para artis dan informasi yang tak bermutu yang harus kucerna, padahal itu semua bukan barang baru. Oke, pikiran ku berantakan. Aku ingin berhenti bersikap tolol. Ku mohon kembalikan struktur otak ini ke setelan pabrik.
Namun, dari semua yang aku hadapi, aku tidak bermohon untuk dapat dilahirkan kembali, aku hanya ingin minimal punya cara memperbaiki diri. Aku tidak ingin mengecewakan kembali orang yang menaruh harapan terhadap ku, meski ku akui diberi kepercayaan ada kalanya harus ekstra hati-hati. Beberapa hal yang tidak akan berubah adalah statusku sebagai navigator terburuk yang pernah ada, aku akan tetap tidak menyukai hal-hal yang berbau anime dan segala peranakannya di mana pun ia dilahirkan, aku akan selalu meminum yakult dan berucap "aaaarghh" layaknya orang yang meminum soda ditegukan pertamanya, dan mendengar suara hujan atau siaran langsung NASA hanya untuk membuatku tidur secepatnya dan kalau beruntung tentu saja aku bisa melihat alien dari sana.
Namun, apa yang harus ku ubah, jika memang ini adalah aku. Aku ingin mendapatkan rasa nyaman sebab aku menjadi diriku sendiri, tidak harus terbebani oleh ekspektasi orang lain. Bukankah itu jauh lebih penting daripada aku hidup sebagai pecundang?, yang menghidupkan segala harapan namun tidak berniat memberi lentera?.
Tapi apa lagi arti hidup jika aku tetap sama seperti di awal. Dan mungkin kata "cukup", tidak pernah cukup untuk dijabarkan. Terkadang, aku sering menciptakan hutan hanya untuk menyembunyikan satu pohon. Agar orang-orang yang aku temui tidak melemparkan pertanyaan "kamu kenapa?", yang berakhir satu persatu quotes orang hebat menghujani kotak masuk pesanku. Sialan.
Jikalau memang kehidupan itu dijalankan seperti menyusun kepingan puzzle, aku harap tidak ada satu keping pun yang hilang. Bukan masalah untuk mencarinya, tapi aku bingung apa yang harus aku temukan.
Sebelum ini semua terlalu panjang untuk ku urai, lihatlah malam sudah kembali melanjutkan tugasnya, sepi dan tenang, jalan menjadi lengang, hanya terdengar satu dua kendaraan lalu lalang.
"Hidupmu terlalu monoton jika setiap hari kau gunakan hanya untuk membaca, satu dua pesan kau abaikan"
Ku bereskan tempat tidur, ku rapikan buku dan pulpen, ku isi daya handphone, ku matikan lampu kamar.
"Apapun itu, iya"