-->

Sunday, April 5, 2020

Presiden juga Manusia


Tidak akan pernah menyenangkan kala ditinggalkan. Begitulah kiranya kata "pergi" tidak pernah disukai setiap kali diucapkan. Baik keluarga tercinta atau kekasih hati, yang mengucapkan kata pamit pasti teriris, yang mendengarkan pasti lebih menyayat hati. Pergi sementara atau selamanya, tanpa atau dengan kata permisi, keduanya sama-sama menghadirkan duka. 

Begitulah kiranya yang dirasakan oleh orang nomor satu negeri, ketika harus kehilangan ibunda tercinta kala negeri juga sedang bersedih. Setangguh dan sedewasa apapun beliau, setinggi apapun jabatannya itu, kita percaya bahwa semua orang berhak untuk bersedih kala kehilangan, pun juga berlaku bagi bapak presiden. Di tengah tumpukan tugas yang tidak ringan, di samping banyak tuntutan orang-orang, hati beliau dipaksa ikhlas kala ibunda harus pergi untuk selamanya. Layaknya manusia biasa, presiden juga punya hak untuk menangis,  tapi beliau begitu pandai menyembunyikan perasaannya walau kamera pewarta selalu berhasil membidik raut kesedihannya. 

Setelah pemakaman ibunya yang jauh dari agenda ke-protokoler-an, para menterinya juga  diminta untuk tidak hadir, pun tetangga rumah dianjurkan untuk tidak lama-lama,  presiden harus bersedia memimpin rapat KTT G20 secara daring dengan agenda pembahasan menyelamatkan ekonomi dan berperang bersama melawan pandemik. Membayangkan persiapannya dimana seorang presiden dituntut untuk paham konteks narasinya, berkoordinasi dengan para menterinya, rasanya betul bisa dikatakan bahwa tidak ada waktu berduka bagi bapak negara. Kepentingan negara dan kebaikan bangsa selalu saja diminta untuk dinomor satukan. Setelahnya, presiden kembali bertolak ke kediaman keluarga untuk melaksanakan takziah. Yang dilakukan beliau mungkin karena selalu ingat pesan Almarhumah "saya cuma mengingatkan saja. Kamu bukan hanya milik keluarga, sekarang sudah milik bangsa Indonesia" kala beliau pertama kali menjabat sebagai presiden RI. 

Beberapa pihak yang menyalahkan beliau lambat menangani penyebaran covid-19, dan berkoar-koar agar lockdown segera dilakukan mungkin paham bahwa nyawa lebih berharga ketimbang ekonomi yang sejahtera. Namun sadarkah mereka bahwa perkara ekonomi tidak pernah mudah dijalani. Begitu banyak pertimbangan, agar akhirnya perekonomian tidak pernah diakhiri dengan kata lumpuh. Memang benar, kita tidak bisa menghidupkan kembali orang mati, tapi perekonomian yang chaos juga bisa menelan yang namanya korban jiwa. Tidak semua negara cocok dengan aturan lockdown. Social distancing dan nantinya jika sudah ditetapkan, istilah  Pembatasan Sosial Berskala Besar sudah cukup  untuk kita taati sampai hari ini. 

Rasanya, kita semua bisa bermimpi untuk  menjadi seorang pemimpin dengan kekuasaan ditangan. Mampu memimpin orang banyak, mengendalikan apa-apa, dan berkuasa atas apapun. Namun, dengan berkaca pada beliau, kekuasaan yang paling penting adalah mampu menguasai diri sendiri untuk tidak larut dalam kesedihan, dan tidak keluar batas untuk setiap pencapaian.

Perihal sosok ibu pasti kita sepakat, sakit sedikit rasanya waktu terasa berhenti, rumah sejenak hitam putih. Apalagi ditinggalkan sosok beliau, siapa pun berhak untuk runtuh walau sementara. Peran ibu selalu tak pernah bisa tergantikan. Beliau yang selalu berhasil mencetak seseorang menjadi "orang". Dan katanya, sosok seorang ibu adalah sosok perempuan pertama yang membuat anak laki-lakinya jatuh cinta, dan sosok panutan bagi anak perempuannya. Mari kita berusaha mengerti, perasaan orang-orang yang telah ditinggalkan.


Tulisan ini jauh dari unsur politis. Saya menulis setelah membaca di lini masa sebuah berita dengan judul, " Di tengah wabah pandemik, presiden Thailand memilih untuk mengisolasi diri". Benar atau tidaknya, dengan ini kita masih bisa bersyukur, di tengah wabah pandemik dan kabar duka ibunda, presiden Indonesia masih kokoh dalam tugasnya. Kita masih punya presiden yang melaksanakan tanggung jawabnya dengan sungguh-sungguh. 

Jika beliau tidak punya waktu untuk sejenak berduka, maka kita punya banyak waktu untuk selalu mendoakan, kesehatan dan langkah kaki beliau agar yang selalu dimudahkan. Aamiin

Sumber gambar: @sahabatjokowii





Kawan berfikirmu

2 comments: