-->

Wednesday, January 20, 2021

Tuan Rumah dan Tersangka Utama


Adalah kita selayaknya menjadi tuan rumah atas diri sendiri. Punya kuasa penuh sebagai penentu atas apa yang hendak diisi pun juga apa yang ingin dikeluarkan dari setiap sudut bagian di dalamnya. Menghadirkan sisi untuk dihias seperti apa wajahnya, pilihan warnanya, temaram atau terang lampunya, atau sekadar menyisihkan ruang kosong untuk diisi sesuatu yang tak pernah diketahui untuk siapa. Maka betul, jika terjadi hal yang tidak baik-baik saja atasnya, maka tuan rumah itu sendirilah yang akan menjadi tersangka utamanya.

Dan tak ada rumah yang baik-baik saja sepanjang harinya. Mustahil ada tubuh yang mati tanpa pernah mengenal kata sedih. Sekuat apapun kau menamai diri, realita selalu saja menghajar tanpa perhitungan walaupun kau telah meminta pengampunan. Semua berambisi pada bahagia yang tak berkesudahan, padahal bahagia akan selalu dibuntuti dengan kesedihan dan akan selalu beriringan.

Rumah itu juga pernah merasakan yang namanya cinta dan jatuh cinta. Namun yang pernah benar-benar mencintai bisa saja benar-benar saling membenci. Dan saat itulah rumah benar-benar rapuh dan berantakan. Biasanya dengan demikian, hanya akan lahir dua  jawaban, tetap menunggu tamu lama atau mencari penggantinya. Sebab segelas teh punya penikmatnya, disuguhkan sang pemilik rumah dengan senyum wajahnya, sayang jika terlanjur dingin, bukan?

Bagaimana pula jika rumah itu kosong selamanya? Ketika ketukan jari tak lagi punya jawaban dari dalamnya. Sepertinya memang ia tak siap menerima tamu dan berbagi waktunya, atau mungkin jawaban kedua,  rumah itu tidak pernah benar-benar ada.

Diri sebagai rumah, sebenar-benarnya tempat belajar atas segala momen perpisahan, Yang selalu menjadi kanvas kehidupan. Tempat menjahit kembali sayap yang patah atau menyulam kembali harapan yang hilang. Dan diri sebagai tempat perayaan jika segala sesuatu berjalan sesuai keinginan.

Terkait rumahmu, Kau bisa bangun dan bawa ke mana saja, tapi kumohon, jangan ke tempat yang tak bisa aku raih.

Pic: pinterest

 

Kawan berfikirmu

0 comments:

Post a Comment