-->

Friday, April 23, 2021

PEREMPUAN

Senang sekali rasanya ketika memasuki bulan yang didalamnya terdapat hari-hari besar atau perayaan tentang perempuan, Maret ada Internasional women's day, April ada kelahiran Kartini, sampai Desember ada hari Ibu, sebab banyak pembahasan tentang perempuan, dan ya, karena saya perempuan.


Berbicara tentang R.A. Kartini, pahlawan perempuan berdarah bangsawan namun sangat menentang praktik feodalisme yang membusukkan, yang punya hasrat besar mendorong emansipasi kaum perempuan. Sangat menyukai pengetahuan barat, namun bukan antek barat. Kecintaannya kepada bumi pertiwi ia torehkan melalui gagasan, ide yang menorehkan terang dalam gelapnya pemikiran perempuan pribumi saat itu. Perempuan yang meninggal pada usia 25 tahun, beberapa hari setelah ia melahirkan putra pertamanya, buah hatinya dengan pria yang dijodohkan orang tuanya. Gelar kepahlawanan yang tersemat pada diri Kartini tidak lepas dari kontoversi dan akan selalu  menjadi bahan diskusi, ada yang mengatakan peran Kartini tidak seberapa karena tidak pernah menenteng senjata jika dibandingkan dengan pahlawan perempuan lainnya, Kartini condong dengan pemerintahan barat, sampai pada buku-bukunya yang sepenuhnya tidak bisa dipercaya sebab hanya kumpulan dari surat-surat yang pernah ia tuliskan. Namun terlepas dari perdebatan itu, pemikiran Kartini untuk memerangi kebodohan sampai pada memerangi ketidakadilan pada perempuan sudah menjadi penerang hingga hari ini.


Namun itu Kartini, yang namanya akan selalu harum, namun bagaimana dengan Tini-Tini yang lain?


Beberapa hari sebelum tanggal 21 April, seorang Ibu, inisial AN, meminta dibelikan kacang almond kepada suaminya untuk memperlancar ASI. Alasan sang ibu, kualitas ASI menjadi bagus dan banyak dengan mengkonsumsi kacang almond. Sebab, ia merasa ASI-nya hanya keluar sedikit dan akan terasa sakit saat dipaksa pumping (teknik memerah ASI dengan strategi tertentu). Namun sang suami tidak mengindahkan keinginan istrinya, adu mulut terjadi dan suami langsung naik pitam. Ia lantas memukul, menjambak, mendorong, mencekik hingga darah keluar dari hidung dan kepala sang istri. Ih. Kok ada laki-laki yang tidak se-bertanggungjawab itu ya. Kalau memang belum mampu beli ya bisa dibicarakan baik-baik, kalau memang enggan ngapaian punya anak. Emosikan jadinya.


Belum lagi, berita seorang perawat perempuan (C)  yang dianiaya oleh ayah dari pasien di Palembang, sebab dinilai lalai dalam menjalankan tugasnya. Kronologinya bermula saat perawat ini selesai melepaskan infus dari pasien dan pengerjaannya sudah memenuhi SOP, namun karena pasien, seorang anak umur 2 tahun  sangat aktif sehingga perbannya lepas dan darah merembes keluar, sang ayah yang baru saja tiba langsung menampar dan memukul perawat tadi. Memaksanya untuk berlutut dikakinya dan meminta maaf. Namun, walaupun korban ini sudah melakukan itu semua dan meminta maaf berkali-kali, pelaku tetap memukul sampai pada akhirnya beberapa rekan perawat berhasil melerai. 


Kasus lain, seorang perempuan, 21 tahun, harus rela melahirkan sendirian di kamar kosnya lantas pria yang diakuinya pacar enggan bertanggung jawab. Namun ia tetap mempertahankan janinnya dan berhasil melahirkannya walaupun bayinya lahir dalam keadaan tidak selamat. Dalam kesendirian dan dinginnya malam, dan rasa sakit habis melahirkan, ia memutuskan untuk tetap mendekap dan tidur bersama bayinya. Dan keesokan hari, ia terpaksa membuangnya. Dan pada saat ditemukan, setengah bagian dari kaki sang bayi telah dimakan anjing. Netizen ramai memojokkan sang ibu, dianggap sangat biadab, tidak manusiawi, hingga disumpahi. Mereka lupa, bahwa pasti ibu muda ini juga sama takutnya, bimbang dan gamangnya dengan situasi yang dihadapinya. Dengan segala cacian, mereka seolah menyampingkan kemana perginya laki-laki yang menghamili, bukankah yang lebih tidak tau malu dan lebih rendah adalah dia, laki-laki, pacarnya?


Rumah, tempat kerja dan lingkungan sekitar bisa menjadi tempat yang belum aman bagi perempuan. Dalam diskusi mba Yenni wahid dengan Habib Quraish Shihab di Narasi mengulas tentang bagaimana peran perempuan dalam agama dan realita masa kini. Mba Yenni mengatakan bahwa perempuan itu adalah kunci peradaban. Ditengah perkembangan teknologi, belum adakan yang mampu menciptakan rahim, tempat kehidupan itu bermula. lebih lanjut mengatakan, bahwa perempuan hari ini tidak lagi bergelut dengan ranah-ranah domestik tapi lebih luas dalam hal pergerakan dan diskusi, pemberdayaan dan tidak lagi terkungkung dalam peran. Seorang perempuan yang telah menikah juga berhak memilih untuk tidak mengganti nama belakangnya mengikut kepada suami. Untuk tetap mempertahankan identitas yang melekat pada dirinya. Dan ungkapnya, masih banyak dalil-dalil agama yang tidak jelas riwayatnya yang menjadikan perempuan itu tidak bebas mengekspresikan dirinya. 


Habib Quraish, menuturkan, bahwasanya dunia ini tidak indah jika tidak ada perempuan, dan kehidupan tidak akan berlanjut. Peran perempuan dan laki-laki membuat kehidupan itu berjalan. Dan posisi perempuan dalam agama telah dijunjung tinggi. Lebih lanjut, beliau mengatakan ada riwayat begini: jika anak itu lahir sebagai laki-laki, dikatakan "lahirlah dan bantu Ayahmu" dan jika ia perempuan "lahirlah dan Tuhan akan bantu Ayahmu". Maka perempuan itu adalah berkah. Antara peran laki-laki dan perempuan  harus dilakukan atas dasar kerjasama.


Baru-baru ini, Komnas perempuan mengutuk ucapan sang Youtuber yang baru saja menghelat pesta pernikahannya secara mewah, Atta Halilintar. Ia mengatakan, bahwa suara suami adalah suara Tuhan. Hellaw bang Atta, jika suara itu adalah suara hardikan, bentakan, menyinggung sampai menyumpahi istri apakah itu juga suara dari Tuhan? Tuhan yang mana?. Jangan lupa, ada perempuan yang masih punya rasa berani melangkah ke pengadilan agama mengambil surat cerai, namun ada juga yang rela memperpanjang rasa sabar dan pasrahnya menanggung beban berumahtangganya, beban atas kekerasan dan gasakan suami terhadap istrinya. Baik mereka, perempuan yang berhasil diliput maupun jauh dari awak media, banyak bang Atta, banyak.


Dan berbicara tentang peradaban, saat ini Korea Selatan sedang getir sebab dilanda krisis bayi. Lantaran, banyak perempuan Korsel menganggap bahwa pernikahan hanya akan membuatnya tidak berkembang dan segala ketakutan-ketakutan rumah tangga lainnya. Bayangkan jika suatu negara hanya diisi kebanyakan kaum lansia dan kurang anak muda. Mereka hanya bekerja pada angka-angka kematian. Dan tentu saja, tingkat produktivitas negara perlahan akan melambat. Lihat, keputusan perempuan itu mempengaruhi apa-apa yang belum dan yang sudah berjalan. 


Perempuan juga tidak lepas dengan namanya periode menstruasi. Ingat, haid bukan lagi hal tabu untuk dibicarakan. Sebab proses haid tidak bisa dilepaskan dari kepemilikan perempuan terhadap tubuhnya. Namun, ketidakadilan juga nyatanya merambah pada akses untuk mempunyai pembalut setiap bulannya, padahal stok pembalut wajib hukumnya. Tidak semua perempuan nyatanya mudah mendapatkan pembalut, seperti tayangan Najwa baru-baru ini. Dalam pernikahan, ia akan menambah cost rumah tangga. Dan jika suami tidak paham akan cost ini, jangan sampai hal tersebut akan menambah 3 kasus yang pertama. Dalam buku yang pernah saya baca tentang perjalanan kehidupan mahasiswa di Al Ahzar Qairo Mesir, penulis menceritakan bahwa ada mahasiswi yang telah lama disukainya, mengirimkannya surat yang kebetulan pada saat itu handphone belum banyak dimiliki. Isi suratnya, bahwa gadis itu meminta pinjaman kepada penulis untuk membeli beberapa perlengkapan bulanan, sebab kiriman orang tuanya terlambat datang. Atas kesadaran penuh sang penulis ia pun mengirimkannya dan menitipkannya kepada sahabatnya, kesadarannya bahwa memang kebutuhan perempuan jauh lebih banyak dari kebutuhan pria. Dan kesadaran yang rasanya sederhana, rasa percaya, dan saling membantu yang seperti inilah yang hendaknya dipupuk, bukan sikap mendominasi dan merasa superior.


Diskusi-diskusi tentang perempuan akan selalu lahir, guna menyadarkan bahwa ia juga punya tempat dan peran dalam kemaslahatan umat dan lingkungan sekitar. Namun, merayakan hari Kartini dan hari perempuan lainnya jelas tidak akan membuat kita kemana-mana jika pikiran masih dangkal tentang nasib kita sebagai perempuan. Kesadaran, tentang pentingnya melahirkan ruang-ruang yang mengakui kedudukan perempuan. Dalam lagu Banda Neira, tuan berjanji kepada puannya bahwa "Kau aman ada bersamaku", sepenggal lirik yang indah akan terwujudnya harapan-harapan itu. 


#Perempuanmembantuperempuan

#Kartini

Pic: unsplash.com

Kawan berfikirmu

0 comments:

Post a Comment