-->

Tuesday, June 1, 2021

Ich Un Du

Martin buber, seorang filsuf asal Jerman yang lahir di Wina, memberikan pandangan dialogisnya tentang perbedaan  relasi Aku-itu, Aku-Dia dan Aku-Engkau. Realitas ketiganya ini sangat berbeda. Aku-itu, adalah hubungan manusia dengan benda disekitarnya yang tidak memiliki timbal-balik dalam berkomunikasi, Aku-Dia adalah hubungan biasa yang terjalin karena adanya sesuatu yang mesti dilaksanakan karena adanya kewajiban atau keharusan, seperti guru yang mengajar siswanya, dokter yang memeriksa pasiennya, penjual yang melayani pembelinya dan sebagainya, sedangkan Aku-engkau adalah realitas hubungan yang dijalankan atas adanya rasa cinta, kasih sayang, dan realitas "merasakan". Terkait hubungan Aku dan Engkau (ich un du) ini, seperti seseorang mencintai orang lain karena diri orang lain itu sendiri. I love you because, you are you. Tidak ada elemen lain lagi yang mengikutinya, selain karena dirinya sendiri, dirinya yang satu dan tidak ada yang menyerupainya dengan yang lain. Aku-Engkau adalah hubungan yang tidak bisa berdiri sendiri, ada perasaan saling ingin memahami, mengerti, dan menghargai, seperti dalam hal Aku bertanya dan Engkau menjawabnya.  


Dalam pandangan buber lebih jauh, ia menambahkan realitas kehidupan manusia adalah perjumpaan. Perjumpaan yang nyatanya berbeda dengan pertemuan. Setiap hari mungkin kita bertemu dengan banyak pribadi. Orang disamping kendaraan kita saat lampu merah, pengamen jalan dengan nyanyian dan dos ditangan, dia yang membantu kita putar arah, pembawa paket yang datang kerumah, kasir minimarket yang menghitung barang belanjaan, atau tetangga yang mengetuk pintu memberikan sedikit makanan yang lebih di rumahnya. Kita semua bertemu tapi tidak benar-benar berjumpa. Perjumpaan yang menghendaki kita menyelami pribadinya, membaca individunya. Perjumpaan yang selanjutnya kita sepakati bahwa ada kehendak untuk saling memberikan pengaruh, keterikatan dan rasa tak ingin dipisahkan.

 

"Ich Un Du, sebagai pelestari hubungan yang mampir dalam perasaan masing-masing"

 

Ketika kita berhadapan dengan seseorang, wajah yang saling berpandangan, ada realitas yang saling ingin memiliki dan tak ingin dijauhkan. Perjumpaan Aku-Engkau adalah keberadaan yang tetap dan selalu ada. Dan, supaya perjumpaan itu tetap utuh, antara hubungan Aku-Engkau tidak ada yang boleh mendominasi, menguasai, dan mendahului. Titik tertinggi hubungan antara Aku-Engkau ialah bahwa Aku bukan Aku jika Engkau tidak ada.


Pertemuan ini mudah, dan perjumpaan itu amatlah sulit. Kita sering kali mengatakan telah bertemu, kenal satu dengan satu, namun amat jauh dari kata berjumpa. Pertemuan itu tanpa kesan, sedangkan perjumpaan itu mampu mengubah kita sebagian atau keseluruhan. Setelah kita berjumpa, dan terasa ada hilang setelahnya kala berpisah, di situlah perjumpaan Aku-Engkau yang sesungguhnya. Ada ruang-ruang kosong yang terasa hampa entah karena apa.


Terkait perjumpaan ini, sudahkah engkau berjumpa dengan ibu bapakmu, sahabat mu, orang yang teramat engkau sayangi, atau dirimu sendiri?. Mari kita menghitung seberapa banyak perjumpaan dengan terjalinnya pertemuan-pertemuan itu.


Pic: unsplash

Kawan berfikirmu

0 comments:

Post a Comment