-->

Tuesday, November 16, 2021

Kontemplasi di Malam Hari

Pikiran di malam hari menuju pagi memang liar sekali. Di mana secara tiba-tiba aku ingin menyalahkan seseorang tapi tidak tahu dia siapa, atau aku ingin mengutuki diri sendiri tapi takut nanti berubah jadi apa, untuk sesuatu yang tidak sama sekali aku mengerti. Tapi aku tidak ingin bangun di pagi hari dan melihat langit kemudian membayangkan bisa terbang dan bersumpah serapah di sana. Seram bukan?.


Tapi aku ingin berharap Tuhan, tolong hadirkan pagi nanti yang cerah di mana cahaya itu tidak lelah untuk bersinar. Tiada mendung yang menghalanginya datang, atau angin ribut yang bukan lagi bisik-bisik. Maka kubangunkan rasa penuh syukur, hari yang lapang dan jiwa yang tenang. Tapi aku paham ini November, waktu di mana langit bertugas menangisi segala kepergian atau pun juga tangisan yang menolak meninggalkan. Sedikit bisa ku terima memang, akan hujan deras di pagi hari dengan segelas Milo sembari keluar hanya untuk membasahi kaki dan bermain hujan di telapak tangan tapi tetap berlindung di badan payung.


Aku tidak pernah mengeluh tentang waktu, tapi kali ini aku tidak sabar meminta waktu untuk cepat berlalu, melewati satu lagi bulan baru, perayaan hari ibu, kelahiran Yesus, akhirnya tahun baru. Entah ada apa nanti di tahun itu, meski aku telah berhenti membuat resolusi karena rasanya seperti omong kosong belaka atau takut juga tertampar realita, tapi aku harap ada harapan baru yang membuatku semangat kembali. Meskipun aku tidak terlalu menyukai segala perayaan kecuali makan-makan, aku ingin cepat menutup kalender yang terbuka ini yang kelewat batas memberi pelajaran. 


Tuhan, meski sadar aku jarang berdoa, tapi aku ingin cerita. Belakangan aku merasa otakku tidak berfungsi, mungkin ada satu dua sistem yang korslet di dalamnya. Aku tidak mengerti memecahkan persoalan walau sesederhana apapun itu. Di mana aku tetap berdiri berharap kembalian padahal jumlah yang kubawa pas-pasan, aku tidak mengerti bagaimana bisa penonton stand-up comedy tertawa terbahak-bahak dengan guyonan yang sama sekali tidak aku paham, kenapa aku malah menangis melihat kekonyolan Boboho menjahili gurunya sendiri, atau kenapa bisa aku beberapa kali meniup gelas yang isinya hanya air putih, bagaimana mungkin lagu rock yang baru kedengar dan tak kupahami artinya membuatku murung seketika, dan kenapa bisa emosiku berdatangan hanya karena pemberitaan yang kubaca penuh tentang kehidupan para artis dan informasi yang tak bermutu yang harus kucerna, padahal itu semua bukan barang baru. Oke, pikiran ku berantakan. Aku ingin berhenti bersikap tolol. Ku mohon kembalikan struktur otak ini ke setelan pabrik.


Namun, dari semua yang aku hadapi, aku tidak bermohon untuk dapat dilahirkan kembali, aku hanya ingin minimal punya cara memperbaiki diri. Aku tidak ingin mengecewakan kembali orang yang menaruh harapan terhadap ku, meski ku akui diberi kepercayaan ada kalanya harus ekstra hati-hati. Beberapa hal yang tidak akan berubah adalah statusku sebagai navigator terburuk yang pernah ada, aku akan tetap tidak menyukai hal-hal yang berbau anime dan segala peranakannya di mana pun ia dilahirkan, aku akan selalu meminum yakult dan berucap "aaaarghh" layaknya orang yang meminum soda ditegukan pertamanya, dan mendengar suara hujan atau siaran langsung NASA hanya untuk membuatku tidur secepatnya dan kalau beruntung tentu saja aku bisa melihat alien dari sana.


Namun, apa yang harus ku ubah, jika memang ini adalah aku. Aku ingin mendapatkan rasa nyaman sebab aku menjadi diriku sendiri, tidak harus terbebani oleh ekspektasi orang lain. Bukankah itu jauh lebih penting daripada aku hidup sebagai pecundang?, yang menghidupkan segala harapan namun tidak berniat memberi lentera?.


Tapi apa lagi arti hidup jika aku tetap sama seperti di awal. Dan mungkin kata "cukup", tidak pernah cukup untuk dijabarkan. Terkadang, aku sering menciptakan hutan hanya untuk menyembunyikan satu pohon. Agar orang-orang yang aku temui tidak melemparkan pertanyaan "kamu kenapa?", yang berakhir satu persatu quotes orang hebat menghujani kotak masuk pesanku. Sialan.


Jikalau memang kehidupan itu dijalankan seperti menyusun kepingan puzzle, aku harap tidak ada satu keping pun yang hilang. Bukan masalah untuk mencarinya, tapi aku bingung apa yang harus aku temukan. 


Sebelum ini semua terlalu panjang untuk ku urai, lihatlah malam sudah kembali melanjutkan tugasnya, sepi dan tenang, jalan menjadi lengang, hanya terdengar satu dua kendaraan lalu lalang.


"Hidupmu terlalu monoton jika setiap hari kau gunakan hanya untuk membaca, satu dua pesan kau abaikan"


Ku bereskan tempat tidur, ku rapikan buku dan pulpen, ku isi daya handphone, ku matikan lampu kamar.


"Apapun itu, iya"


 

Kawan berfikirmu

0 comments:

Post a Comment