-->

Thursday, February 13, 2020

Sedotan dan Citranya

NGEROCOS

Tenang, gua mau disclaimer dulu, bahwa gue setuju, sekecil apapun kontribusi kita untuk memeperbaiki kondisi bumi, tetap akan selalu bermanfaat. Check it out.

Apakah sedotan memang diciptakan untuk menyelamatkan bumi? Bukan hanya untuk sebatas menyedot minuman dingin ala kafe? 

Ini tentang kita dan sedotan, benda yang sebelumnya sangat jarang untuk di perhitungkan, dimana jika ada ya dipake, gak ada ya gak dicari, simple.  Namun belakangan ini pamornya naik kelas, sebab bahannya bukan lagi yang kaleng-kaleng. 

Ini bermula saat gua lihat salah satu postingan di akun cinta lingkungan (sebut saja begitu), sedang ikut dalam satu acara/kegiatan disekitar pantai Losari, mengenai pentingnya mengurangi limbah sampah, apapun bentuknya. Dimana ajangnya itu mempromosikan produk ramah lingkungan salah satunya sedotan berbahan stainless steel dan juga bambu. Namun, parahnya salah satu produk sebagai supported di kegiatannya itu ialah bekerja sama dengan minuman teh berbotol plastik. Nah pengunjung tuh berlomba-lomba untuk membeli sedotan daannn juga pada akhirnya membeli minuman teh ini, klop lah sudah. Gimana nggak, kan ditawarin. 

Nah mengakulah mereka telah berhasil mengumpulkan sampah plastik sekian kilogram setelah berakhirnya acara tersebut yang telah berlangsung 3 hari. Wow good job men. Tapi... Whatever.

Seperti layaknya power rangers yang berubah seketika kala musuh menyerang kota, seperti itu lah manusia yang hari ini dibuat sadar akan pentingnya menyelamatkan planet bumi.  Planet yang pernah geger diperdebatkan apakah bentuknya datar atau bulat ini sekarang malah memperlihatkan kondisi kesehatannya bukan bentuknya. Perubahan cuaca ekstrim dan bencana yang menakutkan di sejumlah negara di dunia, menunjukkan bahwa kita punya tugas besar hari ini.

Masalah yang paling krusial belakangan  disebut-sebut karena sampah. Dan bentuk sampah paling banyak ialah sampah plastik, karena, iyup, plastik adalah sampah yang paling susah dan paling lama terurai. 


Kabar gembira beberapa kota di dunia mulai menerapkan aturan untuk melarang penggunaan plastik. Salah satu sampah plastik ialah sampah sedotan. Nah, Karena telah menjadi sebab permasalahan, dan ogah dikambing hitamkan, sedotan akhirnya berubah wajah dari plastik menjadi sedotan stainless steel, kertas, sampai bambu. 


Nah, ternyata kesimpulan gue, dari berubahnya gaya sedotan ini akan merubah pula fungsi dasarnya, yang awalnya hanya untuk memudahkan kita menyedot minuman tanpa khawatir berantakan, pada akhirnya digiring untuk merubah sedotan menjadi langkah awal menyelamatkan bumi, dan akan bermuara pada peningkatan citra suatu produk. 

Beberapa perusahan fraincais, sudah menerapakan hal ini, mengganti sedotan plastik ke sedotan yang lebih ramah lingkungan. Namun, ternyata cara kerja sedotan itu mirip dengan citra CSR (Corporate Social Responsibility). CSR adalah biaya yang harus dikeluarkan sebuah perusahaan untuk menjaga lingkungan dari kerusakan yang ditimbulkan dari produknya atau juga sebagai tanggungjawab sosial perusahan terhadap masyarakat disekitarnya, sederhananya begitu. Namun beberapa penelitian menunjukkan, CSR  memiliki citra yang menarik untuk dibahas. Ternyata, perusahaan tidak semata-mata mengeluarkan biaya CSR tanpa feedback yang lebih menguntungkan bagi mereka. Ujung-ujung dari csr adalah mampu meningkatkan citra dan nama baik perusahaan, sehingga kepercayaan masyarakat juga turut meningkat, dan mampu menyedot pelanggan lebih banyak. Seperti itu.
Nah, seperti itu jugalah perusahaan yang telah menerapkan #nosedotanplastik.

Tapi lucu, ketika alasan mengurangi sampah membuat kita beramai-ramai ikut tren sedotan mahal. Masih beruntung jika rajin mencuci dan membawanya, bukan untuk di upload sekali dan untuk mendapat like berkali-kali. Kata orang langkah baik dimulai dari hal-hal kecil. Kalau begitu boleh kita sepakat, meneguk minuman langsung tanpa sedotan, tanpa drama sinetronan.

Ajari otakku, buat paham ini semua.




Kawan berfikirmu

0 comments:

Post a Comment