-->

Welcome !!

I am Nur Susilawati abibliophobia

Akan datang suatu hari kematian menjemputku, tinggallah segala apa yang telah kutulis. Oh andai saja setiap yang membacanya berdo’a untukku, agar Allah Ta’ala melimpahkan ampunan untukku, serta memaafkan kekurangan dan buruknya perbuatanku. (Abu Zubair Hawaary)
View Blog Dandelion

My Blog

Reinkarnasi

Menelantarkan perasaan orang lain membuat saya sadar, rupanya penderitaan sudah membentuk saya menjadi pribadi yang sangat egois. Terlebih mungkin, untuk saya yang tidak lagi percaya, yang semula merasa pantas untuk dicintai, nyatanya tidak. Saya pun tak lagi bisa secara layak mengaku memiliki siapapun hanya untuk membentuk hidup dengan keabstrakan yang lain. Terdaftar sebagai peserta yang paling antusias dalam perlombaan membuang harapan sebanyak mungkin. Saya merasa sejauh ini, kedua kaki masih kuat berjalan di gurun yang luas dengan dahaga berkepanjangan, dengan sisa bahagia yang masih bisa kupungut namun tak pernah lagi merasa utuh. Harapan yang berkarat dan matahari memenggal dirinya sendiri. Sepertinya saya punya satu istilah untuk itu: Hampa.

Saya melewati hari yang buruk dengan tidak memberikan pelajaran yang lebih berarti daripada sebuah rintihan, kehilangan antusias dari orang-orang yang saya cintai, dan segalanya yang tak pernah kupikir akan sepahit ini. Tidak lagi memberikan perhatian lebih untuk mengejar kesenangan duniawi. Semuanya tidak pernah mudah untuk dilalui, bagaimana saya bisa dengan mudah menangis dan tertawa dan mengakui hal lain yang tidak benar-benar saya lakukan. Kepalsuan yang selalu saja menyapa di setiap jengkal menit yang sangat ingin kutinggalkan.

Katanya ada dua hal yang akan bertahan dalam situasi buruk laki-laki, yakni harga diri dan rasa pulang. Pulang ke tempat dimana mereka merasa diterima dan harga diri adalah kesadaran bahwa perjuangan mereka belum berakhir. Di sisi lain, hanya ada satu hal yang tetap tinggal dalam situasi buruk perempuan, yakni bau darah. Bau darah yang akan melahirkannya kembali demi memanggil keyakinan bahwa pergi tak pernah lebih buruk dari sekadar bertahan. Langkah yang pasti, yang membuat puing harapan kembali dan menyemai cita-cita yang semula hanya ambisi.

Saya ingin Oktober memanggilku pulang dengan angka lima yang teramat sangat utuh untuk kuhitung kembali. Menentukan ulang darimana sebenarnya saya bisa mengatur langkah yang baru untuk bisa membawaku berdamai dengan masa lalu. Saya bisa memulai perdebatan apapun selain rasa bahagia. Saya mampu berkisah mengenai siapapun selain tokoh yang mengantar trauma. Sebab kuakui tidak akan ada lagi rasa manis yang bisa dicicipi, jika lidah sudah terlanjur merasakan kepahitan dan kekacauan yang diterimanya selama ini.

Jika reinkarnasi saat ini bisa terjadi, ada hal paling bijak untuk saya mohonkan. Saya ingin memulai kisah yang benar-benar dari awal lagi. Terlahir dengan lembaran kosong bersih, putih, suci, tanpa puisi, catatan depresi dan memungut segala kutukan yang pernah kulontarkan hanya untuk membuat diriku pulih. Mengosongkan apapun yang masih bersemayam di kepala, pengetahuan dan segala hal informasi yang masih mengiris dada dikala mengingatnya kembali. Sepertinya penawaran bahwa tidak tahu apa-apa membawa kedamaian itu benar adanya.

Saya percaya bahwa akhir dari semua ini adalah semu dan segera berlalu. Sekuat apapun saya berdoa untuk dapat mengembalikan apapun yang dulu, sebuah paradoks tetap melahirkan bentuk baku keseimbangan. Ada hal-hal yang tetap berkebalikan. Sedih dan senang, bahagia dan derita. Kejujuran apapun itu tak akan pernah membuat sesuatu yang salah menjadi benar. Tidak akan ada sesuatu yang sama persis seperti permulaannya.

Sehingga saya hanya butuh banyak udara untuk kembali bernafas normal, bukan sesuatu yang kelewat baru untuk mulai saya jelajahi. Hanya saja saya menginginkan ruang yang begitu lapang, yang di dalamnya tetap tidak pernah cukup untuk berbagi meski hanya berdua. Entah di sana hanya untuk merawat keegoisan atau menggenggam kesunyian dan memilih sendiri. Sampai saya tersadar, bahwa kehidupan hanyalah cara menyimpul kembali tali-tali yang rapuh. Bagaimanapun nanti cara saya merayakannya.

Saat ini, saya benar-benar sangat merindukan diriku sendiri. 

Kita akan Terus Merencanakan


Dunia ini, Sayang, seperti yang pernah kita bincangkan. Sudah sangat riuh karena terlalu banyak manusia yang bicara, sedikit mendengarkan. Terisi oleh banyak kemalangan dan kesibukan, kesalahan yang dibenarkan, sampai ketakutan untuk bicara dan merebahkan kepala di pundak yang salah, dan yang mengutuk Tuhan dalam doa-doa panjang dan tidak memohon ampun hingga sekarang, serta yang keliru meminta revolver taurus 836 untuk menemui surga lebih cepat karena sudah begitu menginginkan pelukan dan kebebasan.

Manusia sendiri adalah kompleksitas alam semesta yang bisa diartikan serupa apa saja. Bagian terburuknya, mereka bisa menjadi yang paling ingin meski kita tidak pernah tau mereka sama sekali. Mereka dengan lancang bisa membuat ekspektasi yang mereka rasa perlu untuk kita penuhi. Karir seperti apa yang harus kita punya, cara berpakaian, berbicara, berjalan, hingga siapa yang akan kita kencani, seperti sudah menjadi komoditas terlaris bagi mereka.

Jika kehidupan ini diibaratkan unggas, maka pastilah ia serupa dengan ayam. Dimulai dari pagi sekali, bangun dan bergegas mencari makan, sampai adzan maghrib berkumandang mereka pulang ke tempatnya masing-masing. Ada biaya makan, perawatan, hanya bedanya kita tidak membuang kotoran dengan sembarangan. Perjalanan pergi dan kembali memang tidak sama, baliho dan bising knalpot kendaraan, namun mereka tetap menghadapi bahaya yang sama mengancam untuk diri mereka dan anak-anaknya.

Dan diantara begitu banyak tuntutan, ada dua yang musti-harus-selalu kita pelihara: cinta dan impian. Kita akan tetap bangun dengan mata dipenuhi kecemasan, tetapi dengan cinta maka kita punya daya untuk mengatasinya. Kita akan tetap punya pegangan dan rasa aman akan penjagaan meski tidak meminta. Kita punya mulut untuk diajak bicara, menumpahkan segala apa yang berkelabat di kepala. Dengan ruang yang dipenuhi kesenangan, dan meninggalkan sedikit keraguan yang masih kita genggam. 

Impian yang masing-masing kita punya, meski itu dihantam keterbatasan problema lingua pasti tak jauh dari keinginan masing-masing untuk kembali disebut rumah. Tempat pulang dimana kita tak perlu bersusah payah mengingat perbedaan sebab begitulah ia. Kau akan melihat kau yang satu, dan kita akan saling mengunjungi untuk membasuh air mata satu sama lain. Kita akan senantiasa belajar melihat tabahnya edelweis yang sendirian ditengah kabut dan kedinginan namun enggan untuk tumbang dan melihat lapangnya dandelion menebar benih baik dimana pun ia singgah. Kita hanya ingin di bawah satu atap, dengan ubin yang lumayan dingin dan jendela kamar yang sangat besar, hingga kita melihat langsung sorot mentari pagi tanpa terhalang terali besi dan bintang dikala malam yang mengajak kita bicara dengan lirih. 

Hingga, jika kita sudah bosan, dan saling ingin meninggalkan karena dihujani ego dan mendiamkan kabar, kita akan terus tetap bertahan dan membuat impian kembali baru untuk kita rencanakan. Sebab, hanya perlu satu langkah yang salah untuk membuat hidup kita menderita, dan kita tentu tidak akan sanggup untuk itu. Kita tidak ingin pulang dalam keadaan hilang. Dan itu adalah bagian terbaiknya.

Aku ingin kita sama-sama mewujudkan perasaan yang tidak seperti dibicarakan banyak orang. Cukup jujur dan sederhana. Aku mendambakan itu saja.

12.01

Hello, folks!


Sudah terlalu lama aku tidak menulis. Alasannya bukan karena tidak ingin atau tidak punya waktu, akan tetapi aku merasa tidak punya motivasi, inspirasi seakan pergi dan aku dipaksa menerima itu semua untuk senantiasa bersahabat dengan kenihilan itu sendiri. Isi kepalaku tak terurus, kotor, lusuh, tak enak dipandang, dan tau-tau aku telah berubah menjadi dungu. Mungkin belakangan aku jarang sekali membaca, buku, terutama. Tapi seperti yang pernah ku katakan bahwa aku akan tetap menulis meski dunia tidak meminta. Namun, sepertinya aku ini memang sedikit tidak tahu diri yang tidak sadar bahwa aku sendiri lemah, membangun komitmen serta konsistensi terhadap suatu hal untuk menjadi sebuah kebiasaan ternyata sukar. Katanya hanya ada dua bahan bakar yang bisa menghidupkan sebuah tulisan, jatuh dan patah. Tapi bagaimana jika aku sudah tidak memiliki keduanya?


Aku ingin menulis beberapa kesempatan dimana aku dibiarkan untuk mencicipi kepuasan dengan menyombongkan hal-hal kecil yang selama ini tidak aku dapatkan karena terlalu sering mengalah, tapi sekejap hanya hampa yang kurasakan. Tidak cocok. Kalian pasti tahu betul bagaimana rasanya menjalani hidup yang bukan kalian. Tapi di lain sisi dengan mata angin yang perlahan berubah, dimana utaraku sekarang semoga ku temukan apa yang tak ada sebelumnya.


Jika segala sesuatunya tercipta hanya sebatas kehadiran, yang kemudian dipaksa pergi untuk meninggalkan sedikit sisanya, semoga ini bukan bagian dari itu. Sebab aku tidak lagi siap, membiarkan senja segera gelap dan membuat terang mataku menjadi redup kemudian hilang ditelan pekat.


Tentu, dengan harapan aku tidak menggigit lebih dari apa yang bisa aku kunyah.

Setelah Semuanya Jalani Sisanya


Terkadang, ada getir yang saya rasa saat membuka blogku sendiri. Hahaha, I donno what. Saya merasa tidak perlu lagi melanjutkan dan membanggakan apa yang ada di sini. Terlalu banyak hal yang tersimpan secara permanen berujung mengulik cerita yang punya akhir menyedihkan. Saya sangat ingin menolak buah pikir dari Viktor Mayer bahwa katanya sepanjang sejarah manusia, manusia hanya mengingat hal-hal yang benar-benar penting dan melupakan sisanya. Apakah kesedihan berlaku hal yang sama? Penting?. Setidaknya memang benar bahwa lupa juga butuh tenaga, sayangnya saya invalid sekarang. 

Dari sekian banyak yang tenggelam, layaknya Rose dengan kalungnya, saya hanya ingin menyelamatkan yang satu ini. Toh setidaknya dan semoga bukan hanya pembenaran, saya masih punya alasan untuk tetap berada di sini, di ruang ini, menerka, berasumsi dan tetap berupaya berdiri sendiri. Karena kebahagiaan meskipun diselimuti kesedihan tetap menjadi zona sunyi masing-masing orang.

Terkadang kita memang harus mengerti dan belajar melalui sesuatu yang tidak menyenangkan, biar setidaknya kita bisa berfikir bagaimana caranya agar ketidaknyamanan serupa tidak akan terulang kembali di masa depan. Sebab segala yang ada telah menjadi ilusi di kepala.
 
Jika yang lainnya memudar, saya ingin ini tetap kontras. Lepas, bebas, penuh semangat saat saya menuang apa yang ingin disuguhkan. Saya tetap butuh banyak malam untuk mencoba mengembalikan saya yang dulu. Seperti saat ini dengan penuh hari yang melelahkan, saya ingin merawat satu antusias kecil yang semoga tetap berpijar kala menyambut hari esok dimana hari ini yang kemarin. Repitisi. Karena di setiap akhir pekan, saya hanya ingin diselamatkan. 

So, Selamat datang
Silahkan masuk
Duduk-duduk
Mau teh atau kopi?
Anggap luka sendiri.


Pesan yang Tersemat


Tulus dengan suara merdunya berhasil membius jiwa-jiwa yang rapuh untuk mengulang lagi dan lagi album terbarunya, Manusia, terkhusus untuk bagian Hati-hati di Jalan. Bagi saya yang sedikit tidak beruntung perihal perasaan, apa yang dibawakannya memang terasa seperti menyediakan perahu yang siap membawamu ke lautan lepas hanya untuk mengantar kepergian seseorang karena pada dasarnya tidak perlu stasiun hanya untuk mengucapkan selamat tinggal. Melalui lagunya, sebaik-baik dari ujung cerita ialah pesan yang disampaikan, sebab untuk sebagian orang mungkin juga saya, tetap tahu cara mengasihi meski perasaan sudah diludahi. Hubungan yang sudah berlangsung lama, perasaan yang sama, cerita dan harapan yang dibangun bersama, ternyata ada titik dimana semuanya menjadi abu. Bisa karena terbakar bisa juga karena dibiarkan begitu saja. Persetan yang satunya. 

Kata banyak orang, disetujui atau tidak bahwa puncak tertinggi mencintai adalah membebaskan. Tapi rasanya konsekuensi dari kebebasan ialah kesepian. Bukan berupaya untuk memperluas zona stabil 24 jam tapi nyatanya kau hanya sendirian. Mengganggap baik-baik saja, tidak masalah, tidak menuntut apa-apa, sengsara dan membiarkan asa menggantung sia-sia. Menyebalkan. Tapi, sialnya saya bukan orang yang mudah jatuh cinta. If I fall once, I’ll fall hard. Menjatuhkan hati pada orang yang baru setelah menjalin hubungan yang lama tidak pernah semudah membalikkan telapak tangan. Sebab rasanya aneh, memulai adaptasi dan panggilan baru. Maka orang-orang yang begitu mudahnya berlalu-lalang dengan menjatuhkan hati pada orang yang berbeda, tidak pernah masuk dalam nalar saya. 

Saya pernah terluka dan mungkin masih iya. Iya. Maka saya ingin belajar bagaimana tidak berlaku hal yang sama dengan orang lain. Ketika perasaan itu sudah tidak lagi dirasakan secara seiring, menghentikan persepsinya saja sudah sulit. Mau diajak balikan dan memulai kembali kalau sudah tidak punya perasaan yang sama ya buat apa. Sebaliknya, kalau sudah putus bertahun-tahun lantas masih bertumpu pada sosok yang sama mau dikata sinting berapa kali ya memang demikian adanya. Sebab itu, apa karma bagi mereka yang memiliki dia, namun mengharapkan dia yang lain?. 

Maka kasih, dengarlah ini, 
Saya ingin disayangi seperti caramu membicarakan segala sesuatu yang teramat engkau sukai, dengan binar matamu yang melukiskan semuanya. Bagaimana perasaanmu setelah menerima paket pesananmu, menerima gaji kerja kerasmu, atau memenangkan game kesayanganmu. Ya, saya ingin disayangi dengan penuh kebahagiaanmu yang ingin kulihat dari sini dan dimana pun itu. Saya ingin dianggap penting. Saya tidak akan meminta penawaran apa-apa, tapi tolong hadirkan kata setia diantaranya sebab bukan hanya satu hati yang berharga. Katanya apa yang kita punya harus diberi nama, maka hubungan antara kita senantiasa jadikan pagar bagaimana kita bersikap dan mematikan segala serakah yang mendesak untuk keluar. Sekali lagi saya ingin tetap kukuh meyakini bahwa cinta yang baik, perasaan yang saling menumbuhkan akan menjadikan hidup kita baik pula. Ia akan menjadikan kita merasa tenang tanpa keraguan, membawa damai dan kesejukan yang bisa bertahan lama. 

Setelah keinginanku engkau penuhi, saya akan menjadi yang paling ingin untuk perintah-perintah kecilmu, menjadi tentara penurut yang rela mati di medan perang, kamu jenderalnya. Sebab saya tidak ingin lagi terlihat buta membiarkan hidup benalu terang dan ilalang berduri tajam dan hanya menyisakan kesengsaraan.

Dengan segala apa yang bertebaran, saya ingin merevisi bagaimana saya ingin dicintai.

Kalau Bisa Tolong Dijawab

Izinkan aku dengan lancang untuk mengajukan sebuah pertanyaan terbuka yang mungkin kurang berkenan bagi sebagian orang tapi semoga tidak bagi kawan pembaca; apa yang membuat kalian sadar bahwa kalian sedang jatuh cinta?

Biar adil, boleh pikir dulu. Tapi jika bisa mari meminjam syair Nizar Qabbani bahwa dalam cinta maka matilah segala penjelasan.

Selamat malam, petrichor.


Dear Lullabies

Hai Nu, sudah tugasku menjadi selamat pagimu. Mengantarkan mentari dan membuka gerbang kesempatan secepat mungkin. Bagaimana tidurmu? Lelap?. Aku tidak ingin menyuruhmu cepat bergegas, meskipun ya punggunggmu semakin berat dihantam galaksi dan lidahmu semakin kaku mencicipi serpihan neraka seperti mereka yang tak punya kuasa untuk menolak.

Ada beberapa yang kelihatannya turut kau sedihkan bersamaan pula kau aminkan belakangan. Yang terbaru tentu saja, DGITM tidak lagi dihantui sosok pak Desta, ini berat. Karena apa artinya radio kawula muda tanpa blio kan? Ish. Tapi kau senantiasa bersyukur telah menemukan sebongkah kepingan emas pengganti kesedihan, bakso terenak yang siap kau cicipi sesering mungkin.

Nu, aku ingin kau belajar merayakan sesuatu secara layak. Meskipun kau sudah tenggelam pas dihantam ombak. Aku hanya ingin kau bisa bangun dengan perasaan paling damai, sebab hanya mereka yang berjiwa besar yang bisa melakukan itu. Jangan terlalu tenggelam dengan penyesalan mendalam yang tidak bisa kau ubah. Sebenarnya darimana datangnya segala kesedihan yang kau rasakan? Kau terlalu ciamik, diciptakan dengan cantik berperan pula sebagai pendongkrak atas dirimu sendiri yang sewaktu-waktu tak berdaya. Kau ganjil yang tergenapi. 

Memang, banyak momen yang disesali karena kegagalan mengutarakan apa yang sepantasnya disampaikan. Kata terima kasih, maaf, dan segala ucapan romansa bagi orang tersayang berikut pula sekantong kutukannya. Tapi aku tidak ingin, semua pesan yang terendap di sudut kepalamu itu menjadi mimpi yang menghantui para pecundang yang memilih bungkam, tak terkecuali seperti dirimu. Tapi semuanya tidak berlaku secara permanenkan? mereka tidak stagnan. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan.

Nu, katanya jika kau terluka saat pemanasan sebelum pertandingan itu bukan salah panitia, bukan pula salah pelatih apa lagi wasitnya, apa hubungannya coba?. Mengakui kesalahan itu satu hal, sedangkan menyadari bahwa kita salah adalah hal yang lain. Jadi ambil saja bagiannya untuk pulih dengan segera. Kau tau juga kenapa dalam pertandingan bola ada tambahan waktunya? Iya, kau tidak tahu. Ini masalah kesempatan untuk memperburuk keadaan atau justru memperbaiki kesalahan. Lihat, kau tidak sudi memperkarakannya. Kau hanya rela memberi garis bawah pada ungkapan “carpe diem, quam minimum credula postero” yang berarti “petiklah hari dan percayalah sedikit mungkin akan hari esok”. 

Aku sadar kemungkinannya hanya kecil kalau kau akan percaya sama tulisan ini. Salam hangat pagi saat seharusnya bermimpi. Yah, malam-malam kembali menyadarkan kita bahwa waktu akan berkuasa atas segalanya. Aku hanya ingin mengatakan, sekiranya pulpen ada di sebelah sana, mulailah menulis segala-galanya sampai bila-bila. Lanjutkan segala draft tulisan yang masih berantakan yang belum sempat kau tuntaskan. Kau benci segala sesuatu yang tidak selesai, bukan?. 

Mulailah dengan, apakah cincin Saturnus bisa setajam itu?.

Selamat malam, Nu. (~‾▿‾)~
 

Perempuan yang Mencintai Kebodohannya


Aku mencoba menuang beberapa hal yang semoga lebih melegakan ketika dituliskan, termasuk ini. Setidaknya untuk diri yang tidak kunjung menemui kata dewasa, yang selalu lari dari masalah dan hanya bisa meringkuk dan menyembunyikan apa-apa dengan senyum dan segala basa-basinya. Apa yang ku temui memang tidak biasa, yang semula kuharap berakhir dengan kembang api nyatanya menjadi bom bunuh diri. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya? Bahkan sejauh apapun diamku merenung, aku tidak pernah sampai pada jawaban yang lebih tepat atas segalanya. 


Aku ingin tahu semua tapi aku tidak punya daya untuk bicara. Sejak kapan, kenapa bisa, bagaimana mungkin? Apa-aku-memang-tidak-pernah-cukup?, bahkan ini adalah pertanyaan sering kali kulemparkan saat semuanya baik-baik saja. Jika iya, maka tulisan ini harus segera berakhir di sini. Tapi segala alasan klasik yang menggelitik tentu saja tidak bisa aku terima. Semua hanya bisa aku bungkus erat dan menerka sendiri jawabannya. Setidaknya, aku sudah melakukan apa yang sebaiknya benar untuk kulakukan: jangan pernah menghalangi langkah seseorang jika memang ia berniat untuk pergi meninggalkan.


Bahkan pada saat itu segala pedih yang kurasa masih harus ditumpahi lelehan bensin air mata, yang membuat apapun bentuk sandarku menjadi basah, tak terkecuali lengan baju, bantal tidur, termasuk kedua telapak tanganku sendiri yang rela membasuhnya berkali-kali. Seperti pisau yang tidak toleran menyayat pelan-pelan, seperti mesiu yang tak menunggu aba-aba untuk menyerang. Dia seolah ingin menunjukkannya tanpa memikirkan bagaimana perasaanku. Tidak perlu hitungan bulan kemudian bahkan aku harus hancur sendirian. Belum juga aku bisa mencerna perlahan maksud kepergian, langsung saja memperkenalkan seseorang sebagai trofi kemenangan. Apakah dia sebangga itu? Bahkan segala doa baik yang ditujukan kepadanya bersamaan harus kutuai dengan sakitnya. Maka tidak salah, jika segala peran antagonis dari semua cerita ini berhak aku benci. 


Hubungan ini bahkan tidak lagi terhitung satu dua hari, bukan satu dua bulan, bukan hitungan dua ruas jari angka tahun tapi begitu mudahnya menggantikan posisi. Untuk perasaan yang selalu aku jaga bahkan aku sendiri selalu menepis segala hal yang datang walau hanya menyapa. Namun, siapa yang sangka pada akhirnya segala bentuk percakapan yang pernah ada harus berujung kelu dan tanpa kata-kata. Jika memang aku adalah ketersesatan yang sudah selama ini dia pilih maka silahkan temukan jalan terang yang bisa menyuguhkan segalanya, dimana harapan dia untuk segera dapat ditemukan. 


Lantas apa yang harus kulakukan jika pada akhirnya dia berbalik arah dari sesuatu yang sudah dia pilih? Jika timbul rasa ragu pada pilihan yang sudah dia tentukan? Dengan segala luapan maaf yang lebih riuh dari perayaan libur lebaran? Apa memang ia tidak pernah punya pertimbangan yang cukup matang untuk dilahirkan?. Atau memang aku semudah itu?, Dilepas pergi maka pergi, diminta kembali maka kembali?. Bahkan ucapan terakhir kalinya masih terbayang dan mengambil sebanyak mungkin porsi dalam pikiran. Saat ini aku sedang mencaci maki dalam hati.


Maka pertanyaan yang bisa dilontarkan ialah, "dari sekian banyak kesalahan, kenapa yang ia pilih yang paling sulit dimaafkan?". Sebab, sampai detik ini aku tak tahu harus bagaimana dan seperti apa bahkan simpul yang tersisa berujung pada kalimat hampa. Aku hampir-hampir tidak mengenalinya, dia asing. Dia sosok yang tak pernah aku temui, jauh dari bayang-bayang yang pernah aku kenali. Dan memang dari segala macam opsi yang ada, tidak ada satupun keluar untuk bisa dipilih membela diri. Padahal, jika memang sudah tidak berniat berjalan di rel yang sama, aku tidak perlu dilukai terlalu dalam seperti ini. Apakah memang selama ini aku tidak pernah benar-benar hidup dalam kehidupannya?. Maka itulah sebenar-benarnya kematian.


Aku sudah bertahan sejauh mungkin, bahkan sampai saat ini aku adalah perempuan yang berteman setia kesedihannya. Aku tidak akan pernah lupa ketika permintaan pertama menjadi permintaan terakhir ku yang tidak akan pernah terwujudkan. Maka tak heran, salah satu pekerjaan paling merepotkan adalah memupuk harapan kepada seseorang. Sehingga dari sekian banyak pilihan, yang muncul adalah pilihan yang tidak pernah diinginkan: Aku kembali ke dalam diriku dengan membawa sisa kepingan kebodohan. Dan, menyediakan jawaban dari tembakan pertanyaan orang terdekat yang mengenali cerita ini adalah pekerjaan paling merepotkan setelahnya, berpura-pura merancang definisi berakhirnya cerita yang tentu saja tidak sesuai dengan plot yang ada dengan aku juga sebagai pihak yang salah.


Maka jika ia ingin terpuruk maka terpuruklah, sengsaralah sebisanya. Aku ingin ia merasakan juga rasa sesak namun tak pernah sebanding jika hanya bisa ku hantam dan kupukul tepat di dadanya. Dan segala aksaraku bukanlah rekayasa. Jika cerita ini dilukiskan seperti dongeng Cinderella, dengan pangeran berkuda putih bertarung telak dan datang dengan tatapan sayup tenang, membawa ketulusan cinta dan rasa bangga telah dimilikinya. Tapi, bagaimana denganku, yang selama ini berjumpa dengan sosok gagah perkasa yang begitu banyak hal yang bisa dibanggakan tapi lebih sering memendam rasa sakit dan rela menghianati daripada belajar mencintai dengan benar?


Tapi siapapun bisa bersepakat, BROKEN CRAYONS STILL COLOUR. Krayon yang patah atau hancur sekalipun, tetap mempunyai warna.
Bagaimana pun dia menyakiti seseorang bahkan berujung melukai dirinya, dia tetap menjadi pewarna dalam kehidupannya sendiri. Dan dari sekian banyak alasan untuk membenci, aku tidak pernah berhasil untuk mewujudkannya. Aku tidaklah seangkuh itu. Bahkan setiap kali diriku mencacinya, aku harus memperpanjang sayatan luka itu sendiri. Aku tidak bisa, aku tidak mampu. AKU TIDAK SANGGUP SEBAB AKU TERLALU MENYAYANGINYA MESKIPUN DENGAN SEMUA HAL YANG TELAH DILAKUKANNYA. 

Bodoh.


Maka aku hanya bisa meneruskan pesan dari seseorang yang ku hargai keberadaannya, "Jaga anak orang". Bahkan setetes air mata kepedihannya adalah hal yang paling dijaga kejatuhannya oleh mereka yang menyayanginya. Maka ku sampaikan, aku tidak bisa lagi mencintainya dengan tenang dan tanpa gusar. Segala yang ada sudah membuatku sangat lelah dan ingin saja mati rasa. Dan cerita kemarin mungkin pernah menjadi rancang rencana panjang tapi harus berakhir gamblang, kosong dan sia-sia. Tapi bersamaku kemarin, dia takkan temukan yang sebaik ini. Semoga.


Tulisan ini memang penuh kemarahan. Dipecundangi dan dibrengseki dengan tanpa cuma-cuma. Jika memang bukan hanya aku yang merasa tersakiti, maka itu bisa jadi sebenar-benarnya sudut pandang. Umpatan terakhir bahkan harus memperpanjang semuanya dan tak tahu kapan akan selesai. Sekali lagi, BODOH.


 

Let Me Introduce My Self

Happy New year, Everyone 🎊🎷... Gak terasa 349 hari lagi menuju 2023. Jadi apa kabar nih? Gue harap baik, sedang berada dalam sebaiknya-baiknya keadaan dan secukup-cukupnya hidup, Aamiin.


Jadi untuk memenangkan tahun ini, cuma perlu diklitikin

By the way, anyway, busway, kemarin itu gue punya kesempatan untuk ke New York city kan dan dapat berkunjung ke beberapa tempat termasuk ke jantung kotanya yang selama ini gue idam-idamkan, Times Square. Sisi yang dipenuhi oleh banyak Billboard yang cuma beberapa detik tayangannya berganti-ganti dan ternyata itu semua bikin kepala gue jadi pusing. Katrok emang. Sepanjang jalan dipenuhi dengan window shopping, dihias sedemikian rupa, pokoknya vibesnya itu dapatlah. Kemudian gue juga lanjut ke Liberty Island dan menjelajahi patung Liberty yang merupakan hadiah dari Prancis untuk Amerika ini bahkan sampai ke puncak mahkotanya. Another day, gue ke Brooklyn Bridge dan mengambil beberapa foto kece dan gue kirim langsung ke nyokap, tapi anehnya gak terkirim-kirim, akhirnya gue sadar dan langsung bangun, ternyata itu semua hanya mimpi. Damn*!

Syudalaah. 


Jadi kalau dipikir" blog ini gue mulai di awal januari dua tahun yang lalu, selama blog ini gue jalankan secara serius, kayaknya gue gak pernah memperkenalkan diri gue secara langsung ke teman-teman pengunjung gitu (emang gak perlu juga sih). Padahal secara traffic, blog gue bisa juga merajai search engine google loh (ya semoga, kalau gak bisa merajai setidaknya meratui, tapi kudu seoseoseo, park seo jung). Tapi ya anggap saja, blog gue ini rumah, dan kalau lo masuk ke rumah orang, lo harus tau dong orang itu siapa dan ya itu gue (maksa banget). Lo udah menyesal blom buka blog ini??? Hahaha


Oke, langsung saja mari kita masuk ke sesi wawan-caranya.




3,2,1.. go on!🎬


Thank you... Hai semuanya. Kenalin gue Nunu bisa dipanggil Nur Susilawati. Kalau dipanggil gak nyahut, anggap saja gue gak denger a.k.a budek. I'm from Bumi Panrita Lopi, tempat tercinta Bulukumba berlayar, sungguh indah panorama pasir putih (gak usah nyanyi, hei). Jaraknya sekitar empat jam dari kota Makassar, tapi bisa berhari-hari atau gak sampai juga kalau lo memang gak niat untuk berkunjung. Gue adalah salah satu putri bangsa ini. Di mana gue termasuk anak yang baik, bisa dibilang sangat baik dan sedang menyelesaikan pencarian identitasnya. Belom pernah dapat payung gratis dari BRI, belom pernah mengaduk bubur tanpa menggunakan sendok, belom pernah ketemu ama David Bekam, tapi udah pernah dong ngisi air ke dalam botol sampo pas mau abis.


Ummmmm.. oke great. Next, what your hobbies Nu?


Seperti kebanyakan orang-orang hobi gue sebenarnya biasa aja, baca, nulis, dan bersihin kipas angin. Baca apa? Semua jenis fiksi, non fiksi dan akhir" ini suka baca yang self improvement gitu, bisa di medium, quora, mojok dan sebagainya. Nulis, ya apa aja, termasuk ini blog gue sama satu lagi sih di notes gitu. Kipas angin? Gue tipikal orang yang paling gak bisa liat debu di kipas angin, jujurly sampai-sampai kalau ke kos temen gue dan kipasnya gue liat berdebu, pengen banget temen gue nyuruh gue untuk bersihin itu. Tapi ini gue gak pernah bilang sih. Oh satu lagi, gue paling suka nonton video masak dan save videonya walaupun numpuk dan gak pernah dipraktekin, tapi memang ini sangat satisfying, id3ming, m3leying. Is it enough?


Haha maybe, sangat unik ya, maksudnya sangat hodob. Kalau artis atau musisi yang lo sukai ?


Gue gak tau ini artis atau bukan, but my YouTubers is my actress. Mereka lebih bisa kasi gue banyak pemahaman gitu untuk disebut public figur. Ada banyak sih yang akhirnya gue subscribe juga channel mereka, Jerome Polin, Leonardo Edwin, Gita Savitri, Pangkatenam, Quita, Shantanu, Yoora, Joma, Naila, Kimbab Family, ya cukup. Mereka menghibur sekaligus juga kasi kita tayangan yang gak sekedar lucu-lucuan aja. Kalau musisi, yang pasti Sheila On Seven, Hindia, Iwan Fals, Good Morning Everyone (morning too), Payung Teduh. Kalau luar, palingan One Ok Rock, Iris, dan Taylor Swift beberapa lagu mereka enak juga ternyata. Tapi jangan kebanyakan denger musik kawan, ngaji juga, ngaji...


Oke-oke, and what is your favorite color?


Udah 2022 masih aja tanya ini, yup blue. Tapi ini berubah-ubah gak sih, perasaan pas SD nulis di binder tukaran bukan biru tapi,... biruh.


Foods


Apa aja sih, yang penting gak berenang minyaknya, gak pake boraks, sama gak usah pakai emas juga lah.


Kalau film or drama?


Sejauh ini sih, sama Harry Potter, dan gue cenderung orang yang gak bisa nonton film-film Marvel. Karena sampai akhir film pun, gue biasanya mikir "tadi ceritanya tentang apa ya?". Yah, Manoj Punjabi saja bingung apa lagi gue. Kalau Asia sih yang kebanyakan itu yang menang penghargaan, Parasit, Minari, One Day, Little Our Sister, pokoknya yang buat air mata kita jatohlah. Kalau drama Korea lumayan banyak sih, paling membekas ya Boys Before Flowers, kalau sekarang lagi nonton Our Beloved Summer yang ish bikin greget. Oia, ini penting, fyi, kalau lo minat langganan Netflix tanya gue aja, bisa juga sharing 50k doang, ada nih bisnis temen gue, banyak haha.


Wah habis ini gue hubungi pasti nu, kebetulan lagi nyari juga sih itu. Btw, ini agak serius boleh ya? Ada gak sih yang lo ingin lakuin tapi udah terlambat?


Wah, pertanyaannya sangat bisa ditebak. Apa ya, jujur gue pengen banget tau gimana sih rasanya bolos sekolah sehari aja. Di mana rencananya sudah harus matang pas malemnya kan. Gak usah ngerjain pe'er lah atau apa, yang penting bawa baju ganti atau sweater aja di tas, beres. Terus keesokan harinya gue bisa eksekusi entah di jam pertama kedua ketiga, pergi makan atau kemana aja yang penting bolos. Tinggal lempar tas keluar pagar, dan pura-pura izin ke pak satpam. Pas ke luar, tasnya udah gak ada. Sebenarnya, saat temen gue ada yang bolos gue pengen teriak, "ajak gue juga dong". Dari SD sampai SMA gue gak pernah sih itu, dan ya gak bisa diulang. *Ada tisu gak?


Agak weird ya Nu. Oke kali ini pertanyaannya lo pilih salah satu ya..


Morning person or night thinker


Thinker bell. Eh maksudnya night thinker. Malam memang waktunya berpikir kan? Gue merasa juga, tidur lambat bangun lambat itu gue lebih produktif, contohnya pas weekend.


Coffee or tea?


Tea dong (eh, kerbau??)


Cokelat or vanilla?


Kayu manis 


Indomie or sedaap?


Siantar Top


Deddy Corbuzier keriting atau Doddy Sudrajat insaf?


Ghozali ajalah bayar pajak.


Single or taken?


I'm Awesome


Dahh ah, gue belom siap terkenal.


Oke okee, last Nu, what is your favorite quotes?


Apa ya...ada satu dan ini gak tau gue dapat dari mana, katanya pertahanan terbaik adalah menyerang, asyik. Setiap ingat kata-kata itu gue jadi semangat lagi, gak mudah menyerah aja jika gagal, gue di ajak untuk berkembang dan gak stuck di tempat. Gitu sih.


Well, okay Nu, sangat inspiratif ya (kepaksa). Padahal masih banyak sih yang mau ditanyakan. But I think your visitors want to intract with you, soon. Thank you Nunu...


Hehe thank you too. Hopefully, i really want to know you guys, all of you. Maybe we can be a friend. Bye....👋🏻


******


So thanks for reading and see you guys..


Eh, eh, eh, gue ke New York bareng siapa ya? 

Mimpi lagi boleh tuh 

WHAT IS DAY

Sepertinya, post kali ini adalah post paling spesiaaal yang pernah gue buat, dengan kata lain yang sedikit ada faedahnya. Gue mau menceritakan kisah seorang putri yang kehilangan sepatu kulitnya alias pantofel (heran dah, mo kemana sih diaa) yang tak kunjung ditemukan meskipun dah meluber tuh sayembara dari sang baginda raja. Bahkan, poster pencariannya pun sudah tertempel sejajar dengan poster sedot Wc yang sudah memenuhi tiang-tiang listrik ibu kota. HAHAHA


Nggak, nih mo buat kaleidoskop ala" yeekhan,  terkhusus nih perjuangan dua tahun merebut toga kebahagiaan, ceile. Ini masih swasana wisyudah. Cuma foto-foto doang, yang nantinya juga akan ditambah dan diupdate kalo ada yang terlupa, maklumlah gambar juga bisa terselip yekan? But don't expect to much, karena gambar-gambar yang tertuang di sini cuman hasil screenshot atau bidikan kamera resolusi rendah. But, No problemoo. Gue bukan orang yang sangat peduli dengan penampilan. 


Biasanya sih rang-orang buatin vlog ya, dengan judul yang menggugah "ALHAMDULILLAH FOR FINALLY COMPLETING MY DEGREE" or " "I'M GRADUATION" dan dengan thumbnail yang click bait. Cuma masalahnya gue rada males, yaa di samping emang gak tau sih cara buatnya. Gak papalah, ini semua istimewa di mata orang yang bersyukur atas gue, yaa gue sendiri, wkwkw. Sebetulnya, syebelum quliah di merah University orang-orang pada gak tau kalau akuh tuuh...Smart. Kalau mengingat masa-masa itu, suatu kehormatan bisa diterima gak sih, atau mungkin suatu kebanggaan? Meskipun gue nggak tau caranya untuk bangga. Helloww


Dahlah, kita cerita mulai dari mana yak.


Ya dari patrick, actually ekspresinya. Kalau gue ingat mungkin begitulah mimik muka gue, perasaan gue, pikiran gue pas nerima dan dibacakan siapakah yang akan menjadi pembimbing skripsi gue. Sebenarnya, bisa dibilang angkatan gue cukup beruntung ditahunnya, sebab dosen yang selama ini dikenal "killer" "bersahaja" akan secepatnya purna bakti. Apakah itu menyenangkan? Huum, kalau dipikir-pikir lo tau kan rasanya kalau dalam suatu klasemen grup lo masuk di posisi aman? Ya kira-kira begitu. Tapi tidak juga, masih buanyak faktor yang memengaruhi ternyata termasuk, pribadi dospem, gaya bimbingan online/offline, kampus/rumah, sehingga jauh-dekat itu berpengaruh. Kampus ke BTP yaa deketlah, cuma kampus ke tanjung bunga, pikir aja sendiri. Oh god, keep me strong. Aaaaaa

Perang pun di mulai. Dari ketiga judul skripsi yang diajukan, akhirnya satu keluar sebagai pemenang. Selanjutnya mulai menyusun proposal, bimbingan, revisi, bimbingan lagi, revisi lagi, and repeat again. Tapi menurut gue direvisi masih jauh lebih mendingan kan yak, daripada skripsi kita nganggur gak tersentuh selama tiga bulan dirumah dosen. Skip. Gue tau Tuhan punya rencana atas itu. 🧘 Akhirnya gue sempro.


Pas sempro pun, bisa-bisanya gue tidur dulu di depan laptop sebelum zoom dimulai. Rasanya menunggu itu memang membosankan. Pas bangun, ngerasa seperti recharge, muka segar pikiran tetap saja dumba' alias kacauw tapi semuanya berjalan lancar dan tidak semenyeramkan yang terpikirkan. And finally, done

Akhirnya, gue bisa pulang, lanjutkan masa-masa penelitian. Sepanjang gue meneliti tiga bulan, gue merasa why i'm doing this. I mean, begitu banyak hal yang paling bisa berdampak yang bisa kita bikin dibanding meneliti ini, misal kita bisa buat project, kita buat gebrakan baru, or anything else, yang dampaknya itu semua orang can felt it.  Gue rasa, pembuatan skripsi di abad ini tuh, udah harus dihentikan. Kampus bisa menggantinya dengan  yang jauh lebih bermanfaat, berdampak, dan yang lebih signifikan. Yes i know, my brain is broke, and just who you are? Ya namanya aturan dan lo bukan siapa-siapa, hanya bisa pasrah dan ikut arus saja. 

Kek minta sumbangan, njir
Kek minta sumbangan, *jir (Astaghfirullah)

Tapi gue merasa sedikit lebih beruntung, karena responden gue, kepala dinas" di kabupaten gue, humble and welcoming. So, so far i enjoy it. Setiap kali bertemu dengan mereka, gue merasa punya insight baru, gue sedikit mulai memahami apa itu posisi and tanggung jawab. Dan ya, sudah ketebak value yang gue dapat itu tentu saja tidak tertuang dalam skripsi gue. What the hell. Dan tiga bulan berlalu, saatnya menyusun dan mengolah data. Selamat datang di dunia angka. Dan oh ya, selama penelitian sampai pengolahan datapun, jika lo merasa bingung akan satu dan lain hal, jangan harap lo bisa hubungi pembimbing lo. Temukan masalahnya dan cari solusinya. SENDIRI. Karena tentu saja hanya jika semua sudah diolah dan di tuang sebaik-baik mungkinlah, yang akan direvisi, bukan pada masa pembuatannya. Yaa gue tau gak seperti di Master chef, dimana biasanya nih ya, chef Juna, Arnold, Renatta, datang langsung ke kitchen lo dan koreksi rasa or koreksi your cooking technical sebelum sesi penjurian. Tapi ya wes gak apa-apa. 

Dan tibalah, untuk bimbingan, lagi dan lagi. Dan kondisi yang sama tentu saja terulang.
 

Look, ada kali empat bulan atau lebih gue berkunjung ke sini. Dan situasi pandemi, bukan malah memudahkan, tapi pandemi, dan tetap offline, itu sangat menyeramkan di masa-masa panic-nya kan. Bisa dibayangkan? Segala macam kemungkinan bisa terjadi. Tapi yaa itu keputusan dospem gue sih, dan gue hanya bisa nurut. 




Entah, kenapa gue musti foto tiang listrik dan kabel-kabel itu dekat rumah dospem gue habis bimbingan, sepertinya saat itu kabel ama hidup gue kondisinya sama, sama-sama KUSUT. Dan btw ini lagi berteduh. Apakah lo bisa ngeliat butiran hujan itu? Yah itu dia, di sana. Gue termasuk orang yang percaya, bahwa di dalam hujan terdapat lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu akan sesuatu. Senandung yang bisa meresonansi ingatan masa lalu, Yaa aku dan kau, masa bebaskuu.. Anj*y.

Pulang dari situ, gue demam, fixlah salah gue


Selanjutnya nih, ladies and gentleman. Habis bimbingankan lo pasti merasa lapar, iya dong? meskipun lelah kita tetap menuju Alhamdulillah. Disini, antara kondisi dan rasa syukur sangat terlihat hubungannya. Kenapa Alhamdulillah, ya prasmanannya sedikit lengkap. Padahal gak ada yang baru juga sih. What?. Sepertinya, foto ini tuh pas ramadhan, tuhkaaan banyak takjill.


Dulu kita sahabat, berteman bagai ulat, berharap jadi pegawai negerii


Di samping gue bimbingan, ngerjain revisi, gue juga musti siapin diri untuk TOEFL. Di sini gue pingin berteriaak, sekencang-kencangnya dan sepanjang-panjangnya, meski tahu napas gue nggak akan kesampean. Dan tes TOEFL itu gak semudah yang gue bayangin ternyata. Penuh drama, penuh air mata, rasa sakit, dan kepedihan. Salam dari gue yang merasakan.

Ya di tempat inilah, empat sehat kamu sempurna itu tercipta. 


Booomshakalaka

Gak sampai di situ, di saat bersamaan pun, gue musti belajar yang namanya komprehensif, untuk menghadapi ujian kompre. Pelajaran dari semester 1 pas lo masih cetek sampai after lu kkn musti lo ulangi sekali lagi. Di sini bukan lagi ingin berteriak tapi lebih ke arah diam. Let it floww, let it flowwww, tarik nafas kalau perlu jangan hembuskan.
   


Nah di sini nih, kami hanya saling menguatkan, satu fren ke fren lainnya. Banyak banget gambar yang sering dikirimkan memenuhi grup dan room chat kita. Dan gue akui ini sedikit menenangkan dari segala macam gelombang yang ada. 



Squidward emang gak pernah salah.

Eh, ngapain lu tong. Dia yang paling bisa mendengarkan dan menyimpan rahasia

Di saat-saat itu semua, ada kalanya gue juga butuh drakor. Drama yang hampir lumutan ada dilaptop gue, akhirnya gue nonton juga. 

Penting merawat akal sehat, biar tetap waras dan ikhtiar, dan seterusnya

Dari situlah, mari kita rehat sejenak dan jalan-jalan.



And finallyyyy... gue ujian akhir, tetep bukan berarti akhir dari ujian. Iyalah, ujian akan berakhir jika kehidupan juga selesai, tapi nggak juga, ada namanya hari pembalasan kan? Oke, nanti kita bahas itu. 



Hari pembantaian. Tapi percayakah klean guys, gue nangis bukan karena 2 penguji gue  tapi karena dospem pembimbing gue sebagai penguji 3, dan ternyata betul juga kata yang laen, air mata berasal dari dospem lo sendiri. Saat itu gue merasa ingin menjadi Battousai, dengan pedang bermata terbaliknya, menghadapi satu hari pertarungan. Iya biar nggak ada yang tersakiti -_-. 



Dari jam 9 sampai jam 1 siang lama juga ya, mulai dari ujian kompre sampai ujian akhir, benar-benar hari yang sangat melelahkan. Lo presentasi hasil untuk semua yang udah lo teliti selama ini. 

Dari sini gue ngerti, semua jurusan, program studi, departemen atau apapun itu, masing-masing punya titik susahnya, nah disinilah diperlukan adanya tenggangrasa. Jangan merasa paling tak berdaya, tersiksa, cukup yang rasa kamu aja. Sepanjang kali lebar pun, lo jelasin masalah lo ke orang lain, tetep aja gak ada yang lebih paham dibanding diri lo sendiri.

Dan ya GUE LULUS. ALHAMDULILLAH. One shoot..



Dan akhirnya revisi lagi, dari tadi perasaan revisi mulu ya. Hidup emang soal perbaikan. Setelah itu menyiapkan semua berkas untuk wisuda. And here we gooo... (Ya gue percepat aja nih semua)

Nak, ini foto ibu waktu wisuda. Wagelaseh


What the next? Ada pertanyaan yang gue dapet begini, "Bisakah kita menempuh pendidikan tinggi, tanpa mengincar profesi?" Bisa ajalah. Asalkan lo anak sultan sekelas pangeran Arab, paling rendah tu Rafatar. Tapi seberapa tinggi idealisme pun, perut juga masih bisa ngomong, iya dong. Tiada logika, tanpa bahan pangan. Ada banyak hal yang ingin lo pasti capai, buat kakanda sebagian, di jalur malaikat, itu keputusan mereka. Kita cuma harus respect satu sama lain. Bener gak?

Oia, ada juga nih, dari Imam Syafi'i katanya merantaulah. Orang berilmu dan beradab tak akan terdiam dan rehat di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan hidup asinglah. Merantaulah, kau akan mendapat ganti orang-orang yang kau tinggalkan. Berlelah-lelahlah karena manisnya hidup terasa setelah berjuang. Aku melihat air rusak karena diam tertahan. Bila mengalir, ia menjadi jernih, jika tidak, ia akan keruh menggenang. Jika singa tak tinggalkan sarang, ia takkan mendapat mangsa. Jika anak panah tak tinggalkan busur, ia takkan mengenai sasaran. Bijih emas tak ada bedanya dengan tanah biasa bila tetap di tempatnya. Jika bijih memisahkan diri barulah ia dihargai sebagai emas murni. Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan. Jika gaharu keluar dari hutan, maka jadilah ia parfum yang tinggi nilainya. 

Ngeerih. 

Tapi yang pasti,
Bismillahirrahmanirrahim, dengan izin Allah dan juga restu mama papa, InsyaAllah aku siap,
.
.
. Memasuki dunia kerja mulai hari ini😁

Moga-moga ni ya, company gue nanti, providing the best working environment buat gue, yang sebelas duabelaslah ama di silicon valley, hihihi. Aamiin. Dasar fresgrad, banyak  maunya!!

Buat temen-temen gue, keep fighting, percayalah Tuhan gak mungkin bawa lo ke suatu jalan tanpa menemani lo untuk melewati jalan itu, aseek. Kuncinya, tetap semangaat, dan tetep sopan ya, contohilah Rachel Vennyaa, dia bisa lolos dan lancar menjalani hidup karena sopan selalu dan sekali. Looooll.



Pada akhirnya, yang bisa dipetik dari semua hal yang sudah terlewati adalah, Jika Allah sudah menakdirkan sesuatu atasmu, sesulit apapun jalannya akan tetap menjadi milikmu. 



Segalanya hanyalah perayaan, setelahnya adalah penentuan. Dan sikap dan cara kita memandang sesuatu yang menjadi tolak ukurnya. Perlu sama-sama kita ingat, gak usah sama sekali lo ceritain masa-masa studi lo di depan teman-teman lo yang gak kuliah, gak usah ceritain betapa menjengkelkannya atau mengasikkannya pekerjaan lo di depan temen-temen lo yang masih berjuang keluar dari status pengangguran. Lo taulah kenapa. Kita semua manusia. Semoga berumur panjang segala hal yang baik.  Dan mohon do'anya untuk pertanggungjawaban ilmu dan 117 lembar skripsi yang telah terdistribusi.

Penyemangat

Pundak tetaplah kuat, pikiran tetaplah terasah, hati...kumohon sembuhlah
Lembaran lama tertutup, lembaran barupun terbuka


Akhir kata, terima kasih atas segala dukungan kalian yang amat saya sayangi, setulus jiwaku dan seputih kasihku, yang setia menyemangati hingga lembaran akhir perjuanganku❤️.








Pic: Dok. Pribadi, Google, Instagram, YouTube, etc. (Random)

Vita Nostra Brevis Est


Selamat!

Selamat atas kelulusan anda sebagai alumni atas pelarungan do'a mereka yang terkasih serta mereka yang tak diketahui, pun juga dukungan dari rumah dan dapur tempat kehidupan itu dimulai dan diakhiri.

Selamat datang pada fase pergumulan diri yang baru. Ingatlah selalu bahwa hal terbaik setelah ini bukanlah ijazah dan tambahan huruf di belakang namamu, melainkan mengerti bahwa menenggelamkan isi kepala adalah musuh bersama dan kampus bukanlah tempat terakhir untuk salah, sehingga kawan yang melekat seumur hidupmu ialah belajar apa saja.

Di bawah langit yang menawarkan cerah maupun gulita, berjanjilah untuk terus menghidupkan nyawa langkah kaki dalam rupa dunia, menepis segala macam sungkawa, berhenti bersikap jumawa, menanggalkan sikap ketidakpedulian yang ada, dan meredam segala bunyi keadilan bersuara pura-pura. Terakhir, teruslah pupuk jiwa kesederhanaan dan cinta kasih di dalam hatimu, dan hiduplah dengan tidak membungkus kekejaman seperti sejarah yang tidak pernah selesai untuk kau baca. Demikianlah segenap esensi perpindahan tali toga dengan jarak yang sejengkal itu, setidaknya untuk dirimu.

~Kepada almamaterku, maaf bila setiap tutur kata dan gerak langkahku belum membangun dan memajukanmu.

Terima kasih. 


Semoga kesadaran akan satu hal terus terpupuk, bahwa ketika ada Maha nyatanya bukan yang paling, hanya berarti lebih sedikit. Sedikit lebih bodoh dan tidak tahu apa-apa. Sehingga senantiasa pikiran melambung tinggi akan mimpi dan hati tetap merendah layaknya sesuatu yang indah tersimpan di samudra. 

Pada akhirnya, saya mencoba mengakhiri semuanya dengan merebut gelar Sarjana Ekonomi, dengan harapan semoga Allah menatapnya dengan tatapan ridho, terlebih dengan cinta. Aamiin.

 

Dadah

Kontemplasi di Malam Hari

Pikiran di malam hari menuju pagi memang liar sekali. Di mana secara tiba-tiba aku ingin menyalahkan seseorang tapi tidak tahu dia siapa, atau aku ingin mengutuki diri sendiri tapi takut nanti berubah jadi apa, untuk sesuatu yang tidak sama sekali aku mengerti. Tapi aku tidak ingin bangun di pagi hari dan melihat langit kemudian membayangkan bisa terbang dan bersumpah serapah di sana. Seram bukan?.


Tapi aku ingin berharap Tuhan, tolong hadirkan pagi nanti yang cerah di mana cahaya itu tidak lelah untuk bersinar. Tiada mendung yang menghalanginya datang, atau angin ribut yang bukan lagi bisik-bisik. Maka kubangunkan rasa penuh syukur, hari yang lapang dan jiwa yang tenang. Tapi aku paham ini November, waktu di mana langit bertugas menangisi segala kepergian atau pun juga tangisan yang menolak meninggalkan. Sedikit bisa ku terima memang, akan hujan deras di pagi hari dengan segelas Milo sembari keluar hanya untuk membasahi kaki dan bermain hujan di telapak tangan tapi tetap berlindung di badan payung.


Aku tidak pernah mengeluh tentang waktu, tapi kali ini aku tidak sabar meminta waktu untuk cepat berlalu, melewati satu lagi bulan baru, perayaan hari ibu, kelahiran Yesus, akhirnya tahun baru. Entah ada apa nanti di tahun itu, meski aku telah berhenti membuat resolusi karena rasanya seperti omong kosong belaka atau takut juga tertampar realita, tapi aku harap ada harapan baru yang membuatku semangat kembali. Meskipun aku tidak terlalu menyukai segala perayaan kecuali makan-makan, aku ingin cepat menutup kalender yang terbuka ini yang kelewat batas memberi pelajaran. 


Tuhan, meski sadar aku jarang berdoa, tapi aku ingin cerita. Belakangan aku merasa otakku tidak berfungsi, mungkin ada satu dua sistem yang korslet di dalamnya. Aku tidak mengerti memecahkan persoalan walau sesederhana apapun itu. Di mana aku tetap berdiri berharap kembalian padahal jumlah yang kubawa pas-pasan, aku tidak mengerti bagaimana bisa penonton stand-up comedy tertawa terbahak-bahak dengan guyonan yang sama sekali tidak aku paham, kenapa aku malah menangis melihat kekonyolan Boboho menjahili gurunya sendiri, atau kenapa bisa aku beberapa kali meniup gelas yang isinya hanya air putih, bagaimana mungkin lagu rock yang baru kedengar dan tak kupahami artinya membuatku murung seketika, dan kenapa bisa emosiku berdatangan hanya karena pemberitaan yang kubaca penuh tentang kehidupan para artis dan informasi yang tak bermutu yang harus kucerna, padahal itu semua bukan barang baru. Oke, pikiran ku berantakan. Aku ingin berhenti bersikap tolol. Ku mohon kembalikan struktur otak ini ke setelan pabrik.


Namun, dari semua yang aku hadapi, aku tidak bermohon untuk dapat dilahirkan kembali, aku hanya ingin minimal punya cara memperbaiki diri. Aku tidak ingin mengecewakan kembali orang yang menaruh harapan terhadap ku, meski ku akui diberi kepercayaan ada kalanya harus ekstra hati-hati. Beberapa hal yang tidak akan berubah adalah statusku sebagai navigator terburuk yang pernah ada, aku akan tetap tidak menyukai hal-hal yang berbau anime dan segala peranakannya di mana pun ia dilahirkan, aku akan selalu meminum yakult dan berucap "aaaarghh" layaknya orang yang meminum soda ditegukan pertamanya, dan mendengar suara hujan atau siaran langsung NASA hanya untuk membuatku tidur secepatnya dan kalau beruntung tentu saja aku bisa melihat alien dari sana.


Namun, apa yang harus ku ubah, jika memang ini adalah aku. Aku ingin mendapatkan rasa nyaman sebab aku menjadi diriku sendiri, tidak harus terbebani oleh ekspektasi orang lain. Bukankah itu jauh lebih penting daripada aku hidup sebagai pecundang?, yang menghidupkan segala harapan namun tidak berniat memberi lentera?.


Tapi apa lagi arti hidup jika aku tetap sama seperti di awal. Dan mungkin kata "cukup", tidak pernah cukup untuk dijabarkan. Terkadang, aku sering menciptakan hutan hanya untuk menyembunyikan satu pohon. Agar orang-orang yang aku temui tidak melemparkan pertanyaan "kamu kenapa?", yang berakhir satu persatu quotes orang hebat menghujani kotak masuk pesanku. Sialan.


Jikalau memang kehidupan itu dijalankan seperti menyusun kepingan puzzle, aku harap tidak ada satu keping pun yang hilang. Bukan masalah untuk mencarinya, tapi aku bingung apa yang harus aku temukan. 


Sebelum ini semua terlalu panjang untuk ku urai, lihatlah malam sudah kembali melanjutkan tugasnya, sepi dan tenang, jalan menjadi lengang, hanya terdengar satu dua kendaraan lalu lalang.


"Hidupmu terlalu monoton jika setiap hari kau gunakan hanya untuk membaca, satu dua pesan kau abaikan"


Ku bereskan tempat tidur, ku rapikan buku dan pulpen, ku isi daya handphone, ku matikan lampu kamar.


"Apapun itu, iya"