Pas sempro pun, bisa-bisanya gue tidur dulu di depan laptop sebelum zoom dimulai. Rasanya menunggu itu memang membosankan. Pas bangun, ngerasa seperti
, muka segar pikiran tetap saja dumba' alias kacauw tapi semuanya berjalan lancar dan tidak semenyeramkan yang terpikirkan.
Akhirnya, gue bisa pulang, lanjutkan masa-masa penelitian. Sepanjang gue meneliti tiga bulan, gue merasa why i'm doing this. I mean, begitu banyak hal yang paling bisa berdampak yang bisa kita bikin dibanding meneliti ini, misal kita bisa buat project, kita buat gebrakan baru, or anything else, yang dampaknya itu semua orang can felt it. Gue rasa, pembuatan skripsi di abad ini tuh, udah harus dihentikan. Kampus bisa menggantinya dengan yang jauh lebih bermanfaat, berdampak, dan yang lebih signifikan. Yes i know, my brain is broke, and just who you are? Ya namanya aturan dan lo bukan siapa-siapa, hanya bisa pasrah dan ikut arus saja.
Tapi gue merasa sedikit lebih beruntung, karena responden gue, kepala dinas" di kabupaten gue, humble and welcoming. So, so far i enjoy it. Setiap kali bertemu dengan mereka, gue merasa punya insight baru, gue sedikit mulai memahami apa itu posisi and tanggung jawab. Dan ya, sudah ketebak value yang gue dapat itu tentu saja tidak tertuang dalam skripsi gue. What the hell. Dan tiga bulan berlalu, saatnya menyusun dan mengolah data. Selamat datang di dunia angka. Dan oh ya, selama penelitian sampai pengolahan datapun, jika lo merasa bingung akan satu dan lain hal, jangan harap lo bisa hubungi pembimbing lo. Temukan masalahnya dan cari solusinya. SENDIRI. Karena tentu saja hanya jika semua sudah diolah dan di tuang sebaik-baik mungkinlah, yang akan direvisi, bukan pada masa pembuatannya. Yaa gue tau gak seperti di Master chef, dimana biasanya nih ya, chef Juna, Arnold, Renatta, datang langsung ke kitchen lo dan koreksi rasa or koreksi your cooking technical sebelum sesi penjurian. Tapi ya wes gak apa-apa.
Dan tibalah, untuk bimbingan, lagi dan lagi. Dan kondisi yang sama tentu saja terulang.
Look, ada kali empat bulan atau lebih gue berkunjung ke sini. Dan situasi pandemi, bukan malah memudahkan, tapi pandemi, dan tetap offline, itu sangat menyeramkan di masa-masa panic-nya kan. Bisa dibayangkan? Segala macam kemungkinan bisa terjadi. Tapi yaa itu keputusan dospem gue sih, dan gue hanya bisa nurut.
Entah, kenapa gue musti foto tiang listrik dan kabel-kabel itu dekat rumah dospem gue habis bimbingan, sepertinya saat itu kabel ama hidup gue kondisinya sama, sama-sama KUSUT. Dan btw ini lagi berteduh. Apakah lo bisa ngeliat butiran hujan itu? Yah itu dia, di sana. Gue termasuk orang yang percaya, bahwa di dalam hujan terdapat lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu akan sesuatu. Senandung yang bisa meresonansi ingatan masa lalu, Yaa aku dan kau, masa bebaskuu.. Anj*y.
Pulang dari situ, gue demam, fixlah salah gue
Selanjutnya nih, ladies and gentleman. Habis bimbingankan lo pasti merasa lapar, iya dong? meskipun lelah kita tetap menuju Alhamdulillah. Disini, antara kondisi dan rasa syukur sangat terlihat hubungannya. Kenapa Alhamdulillah, ya prasmanannya sedikit lengkap. Padahal gak ada yang baru juga sih. What?. Sepertinya, foto ini tuh pas ramadhan, tuhkaaan banyak takjill.
Dulu kita sahabat, berteman bagai ulat, berharap jadi pegawai negerii
Di samping gue bimbingan, ngerjain revisi, gue juga musti siapin diri untuk TOEFL. Di sini gue pingin berteriaak, sekencang-kencangnya dan sepanjang-panjangnya, meski tahu napas gue nggak akan kesampean. Dan tes TOEFL itu gak semudah yang gue bayangin ternyata. Penuh drama, penuh air mata, rasa sakit, dan kepedihan. Salam dari gue yang merasakan.
Ya di tempat inilah, empat sehat kamu sempurna itu tercipta.
Booomshakalaka
Gak sampai di situ, di saat bersamaan pun, gue musti belajar yang namanya komprehensif, untuk menghadapi ujian kompre. Pelajaran dari semester 1 pas lo masih cetek sampai after lu kkn musti lo ulangi sekali lagi. Di sini bukan lagi ingin berteriak tapi lebih ke arah diam. Let it floww, let it flowwww, tarik nafas kalau perlu jangan hembuskan.
Nah di sini nih, kami hanya saling menguatkan, satu fren ke fren lainnya. Banyak banget gambar yang sering dikirimkan memenuhi grup dan room chat kita. Dan gue akui ini sedikit menenangkan dari segala macam gelombang yang ada.
Squidward emang gak pernah salah.
Eh, ngapain lu tong. Dia yang paling bisa mendengarkan dan menyimpan rahasia
Di saat-saat itu semua, ada kalanya gue juga butuh drakor. Drama yang hampir lumutan ada dilaptop gue, akhirnya gue nonton juga.
Penting merawat akal sehat, biar tetap waras dan ikhtiar, dan seterusnya
Dari situlah, mari kita rehat sejenak dan jalan-jalan.
And finallyyyy... gue ujian akhir, tetep bukan berarti akhir dari ujian. Iyalah, ujian akan berakhir jika kehidupan juga selesai, tapi nggak juga, ada namanya hari pembalasan kan? Oke, nanti kita bahas itu.
Hari pembantaian. Tapi percayakah klean guys, gue nangis bukan karena 2 penguji gue tapi karena dospem pembimbing gue sebagai penguji 3, dan ternyata betul juga kata yang laen, air mata berasal dari dospem lo sendiri. Saat itu gue merasa ingin menjadi Battousai, dengan pedang bermata terbaliknya, menghadapi satu hari pertarungan. Iya biar nggak ada yang tersakiti -_-.
Dari jam 9 sampai jam 1 siang lama juga ya, mulai dari ujian kompre sampai ujian akhir, benar-benar hari yang sangat melelahkan. Lo presentasi hasil untuk semua yang udah lo teliti selama ini.
Dari sini gue ngerti, semua jurusan, program studi, departemen atau apapun itu, masing-masing punya titik susahnya, nah disinilah diperlukan adanya tenggangrasa. Jangan merasa paling tak berdaya, tersiksa, cukup yang rasa kamu aja. Sepanjang kali lebar pun, lo jelasin masalah lo ke orang lain, tetep aja gak ada yang lebih paham dibanding diri lo sendiri.
Dan ya GUE LULUS. ALHAMDULILLAH. One shoot..
Dan akhirnya revisi lagi, dari tadi perasaan revisi mulu ya. Hidup emang soal perbaikan. Setelah itu menyiapkan semua berkas untuk wisuda. And here we gooo... (Ya gue percepat aja nih semua)
Nak, ini foto ibu waktu wisuda. Wagelaseh
What the next? Ada pertanyaan yang gue dapet begini, "Bisakah kita menempuh pendidikan tinggi, tanpa mengincar profesi?" Bisa ajalah. Asalkan lo anak sultan sekelas pangeran Arab, paling rendah tu Rafatar. Tapi seberapa tinggi idealisme pun, perut juga masih bisa ngomong, iya dong. Tiada logika, tanpa bahan pangan. Ada banyak hal yang ingin lo pasti capai, buat kakanda sebagian, di jalur malaikat, itu keputusan mereka. Kita cuma harus respect satu sama lain. Bener gak?
Oia, ada juga nih, dari Imam Syafi'i katanya merantaulah. Orang berilmu dan beradab tak akan terdiam dan rehat di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan hidup asinglah. Merantaulah, kau akan mendapat ganti orang-orang yang kau tinggalkan. Berlelah-lelahlah karena manisnya hidup terasa setelah berjuang. Aku melihat air rusak karena diam tertahan. Bila mengalir, ia menjadi jernih, jika tidak, ia akan keruh menggenang. Jika singa tak tinggalkan sarang, ia takkan mendapat mangsa. Jika anak panah tak tinggalkan busur, ia takkan mengenai sasaran. Bijih emas tak ada bedanya dengan tanah biasa bila tetap di tempatnya. Jika bijih memisahkan diri barulah ia dihargai sebagai emas murni. Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan. Jika gaharu keluar dari hutan, maka jadilah ia parfum yang tinggi nilainya.
Ngeerih.
Tapi yang pasti,
Bismillahirrahmanirrahim, dengan izin Allah dan juga restu mama papa, InsyaAllah aku siap,
.
.
. Memasuki dunia kerja mulai hari ini😁
Moga-moga ni ya, company gue nanti, providing the best working environment buat gue, yang sebelas duabelaslah ama di silicon valley, hihihi. Aamiin. Dasar fresgrad, banyak maunya!!
Buat temen-temen gue, keep fighting, percayalah Tuhan gak mungkin bawa lo ke suatu jalan tanpa menemani lo untuk melewati jalan itu, aseek. Kuncinya, tetap semangaat, dan tetep sopan ya, contohilah Rachel Vennyaa, dia bisa lolos dan lancar menjalani hidup karena sopan selalu dan sekali. Looooll.
Pada akhirnya, yang bisa dipetik dari semua hal yang sudah terlewati adalah, Jika Allah sudah menakdirkan sesuatu atasmu, sesulit apapun jalannya akan tetap menjadi milikmu.
Segalanya hanyalah perayaan, setelahnya adalah penentuan. Dan sikap dan cara kita memandang sesuatu yang menjadi tolak ukurnya. Perlu sama-sama kita ingat, gak usah sama sekali lo ceritain masa-masa studi lo di depan teman-teman lo yang gak kuliah, gak usah ceritain betapa menjengkelkannya atau mengasikkannya pekerjaan lo di depan temen-temen lo yang masih berjuang keluar dari status pengangguran. Lo taulah kenapa. Kita semua manusia. Semoga berumur panjang segala hal yang baik. Dan mohon do'anya untuk pertanggungjawaban ilmu dan 117 lembar skripsi yang telah terdistribusi.
Akhir kata, terima kasih atas segala dukungan kalian yang amat saya sayangi, setulus jiwaku dan seputih kasihku, yang setia menyemangati hingga lembaran akhir perjuanganku❤️.
Cheers 🥂
ReplyDeleteThankyou
Delete