-->

Monday, March 2, 2020

Sama Hadirnya

Keadilan Tuhan tidak pernah berat sebelah.  Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan
dengan porsi yang sama dan sama adilnya.

Berbicara tentang perempuan selalu membawa kita memasuki pembahasan feminisme. Paham Feminis bukan untuk menandingi laki-laki, bukan untuk mendobrak dan merobohkan pertahanannya, yang meminta posisi untuk disejajarkan dari seluruh aspek kehidupan. Bukan, bukan itu. Feminisme melihat bahwa perempuan juga bisa berperan lebih, bahwa perempuan  punya  kemampuan dan layak dimunculkan, harus diberi ruang, tanpa sekat dan pembatasan. Tidak ada lagi rantai yang membelenggu dalam diri perempuan. That's it.

Ruang berkarya bagi perempuan hari ini memang masih terlihat disempitkan. Beberapa pekerjaan nyatanya mencantumkan syarat boleh diisi hanya untuk kaum pria saja, padahal tidak jarang loh perempuan juga punya bakat dan kemampuan di bidang itu. Menjadi politisi, kuota dibatasi, menjadi mekanik, kemampuan diragukan, terjun kelapangan dan lain sebagainya, pekerjaan yang dinilai "terlalu lelakian" tidak berhak dicicipi kaum perempuan. Stigma lemah masih tetap bersemayan dan tertancap hebat diatas nasib perempuan.

Belum lagi yang menganggap perempuan hanya wajib di tiga tempat saja kalau bukan kasur ya sumur, kalau sudah sumur ya dapur. Mereka melihat perempuan terbaik adalah yang profesional di atas itu semua. Nyata-nyatanya perempuan memang terlihat hanya dilahirkan untuk peran itu-itu saja. Sekarang abad 21, bukan zaman jahiliah yang menjadikan perempuan sebagai budak tuannya, zaman di mana yang namanya kelahiran seorang perempuan selalu tidak diharapkan.

Perempuan pula sekadar maju sedikit kadang mudah disindir dan diterka macam-macam. Berani tampil kedepan, yang diapresiasi kadang malah bukan kemampuannya namun sering kali karena penampilan. Gaya busana, kemolekan tubuh, kecantikan rupa, dan apa-apa yang melekat padanya. Kapan seorang Michelle Obama dilihat sebagai Michelle saja tanpa embel-embel Barack Obama? Seorang perempuan yang memberdayakan perempuan sekitarnya, aktif menyuarakan perdamaian, dan aktif mengedukasi anak-anak Amerika serta seorang penulis hebat. Kapan pula sosok Aisyah dipandang sebagai perempuan cerdas, pemberani, dan sosok yang rajin tanpa mengikuti karna ia istri Rasulullah?.

Namun, jelas ada perbedaan diantara laki-laki dan perempuan, yang kita bawa sejak lahir, ialah yang disebut kodrat. Dalam agama yang saya yakini, seorang perempuan memiliki kodrat yang luar biasa yakni melahirkan, sedangkan laki-laki ialah menjadi imam keluarga. Kodrat inilah yang tidak bisa kita perdebatkan. Jika keduanya dipertukarkan maka disitulah kita menyatakan perang terhadap sang pencipta. Kita menyuruh seorang perempuan shalat Jum'at ya tidak mungkin, menyuruh laki-laki makmum di atas imam perempuan itu juga mustahil. Namun, perempuan dan laki-laki, tidak bisa pula dipisahkan, sebab kita diciptakan dengan cara berpasang-pasangan.

Mari menghentikan diskriminasi atas nama jenis kelamin. Dan juga, jika kita dilahirkan sebagai perempuan maka syukuri, dan begitupun sebaliknya. Kita diciptakan bukan untuk main-main. Jika kau tidak nyaman dengan dirimu karena jenis kelamin, mengubahnya jelas bukan solusi. Sebab Tuhan menciptakan kita bukan sebuah kebutulan dan lelucon belaka.

Danke


Kawan berfikirmu

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.